Mawlana Syekh Hisyam Kabbani
21 Oktober 2011 Burton, Michigan
Khotbah Jumat di Masjid As-Siddiq
(Sebelum Mawlana dan rombongan berangkat Haji)
Wahai
Muslim, wahai Mukmin! Allah (swt) menciptakan kita dengan kehormatan
dan membusanai kita dengan kehormatan surgawi dan Dia menyempurnakan
kita. Dia berfirman,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
wa laqad karamna Bani Adam.
Kami telah muliakan anak-anak Adam. (al-'Israa, 17:70)
Dia
memuliakan kita melebihi semua makhluk dan Dia memuliakan sebagian di
antaranya dengan menjadikan mereka sebagai bagian dari ummat an-Nabi (s). Itulah sebabnya Dia berfirman di dalam kitab suci al-Qur’an:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِِ
Kuntum khayra ummatin ukhrijat li ‘n-naasi tamuruuna bi ‘l-m`aruufi watanhawna `ani al-munkari watu’minuuna bil-Laah.
Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. (`Aali Imraan, 3:110)
Sekarang
kita berada di musim Haji dan dari kemuliaan Allah, Dia memuliakan kita
untuk melakukan Haji paling tidak sekali seumur hidup, dan tidak hanya
sekali bagi mereka yang mampu, baik dari kondisi kesehatannya maupun
secara finansial, karena Allah tahu bahwa Haji tidaklah mudah, itu
adalah perjalanan yang sulit yang akan kalian lakukan. Tetapi, subhaanAllah,
dari berbagai mazhab yang berbeda, Hanafi, Maliki, Syafi`i dan Hanbali,
penjelasan mereka yang berbeda tentang Haji menjadikannya begitu mudah.
Mereka mengambil dari ahadits Nabi (s)
di mana para Sahabat (r) bersama Sayyidina Muhammad (s) melakukan
Hajjat al-Wada` dan beliau memberikan petunjuk untuk mengurangi
kesulitannya.
Al-Abbas (r) mendatangi Nabi (s) dan berkata, “Yaa Rasuulullah!
Aku harus memberikan air kepada orang-orang yang menunaikan Haji di
Mekah, jadi apa yang harus kulakukan, karena aku tidak bisa tinggal
selama tiga hari di Mina.” Nabi (s) bersabda, “Ya, engkau mempunyai
alasan yang baik; lemparkanlah batu-batumu (jamrah) pada hari pertama di
Mina lalu kembalilah ke Mekah, atau tinggallah di Mekah pada hari
keempat Haji.” Sekelompok pengembala juga mendatangi Rasuulullah dan
berkata, “Kami menjaga biri-biri untuk zabiha (kurban)
bagi Ahl al-Islam untuk Haji dan kami tidak bisa pergi ke Mina.” Nabi
(s) bersabda, “Ya, tinggallah di Mekah.” Ini adalah contoh bahwa Haji
itu tidak sulit tetapi juga tidak mudah. Jika kalian masih muda dan
kuat, kalian dapat memenuhi semua prinsip Haji, tidak hanya melakukan
yang termudahnya saja.
Allah
(swt) telah menganugerahkan Haji setahun sekali selama 1400 tahun, dan
setiap Haji mempunyai cita rasa yang khas; tidak ada kemiripan antara
Haji yang satu dengan yang lain. Tajali Asmaul Husna wal Sifat apapun
yang Allah kirimkan pada Haji ini atau itu, Dia tidak mengirimkan tajali
yang sama, tetapi mengirimkan tambahan bagi tajali itu pada Haji
berikutnya. Jadi Haji itu seperti pelangi yang mempunyai warna-warni
yang berbeda, yang akan memberikan kalian cita rasa yang berbeda jika
kalian melihatnya dengan suatu kaca pembesar, kalian akan melihat lebih
banyak warna yang membuat kalian bahagia. Haji juga seperti pelangi
yang memperlihatkan tajali Asmaul Husna wal Sifat yang berbeda, jadi
setiap tahun kalian mendapat tajali yang lebih banyak dari apa yang
diberikan pada tahun sebelumnya, sejak zaman Nabi (s) hingga ke tahun di
mana kalian menunaikan Haji.
Allah
Maha Pemurah dan apapun yang Dia kirimkan, Dia tidak akan mengambilnya
kembali dan apa yang Dia berikan sebelumnya tetap berada di sana. Sejak
1400 tahun yang lalu, pelangi tajali yang Allah kirimkan kepada
orang-orang yang menunaikan Haji adalah berasal dari masa itu dan kalian
menerimanya secara akumulatif dengan tajali yang ada pada tahun di mana
kalian menunaikan ibadah Haji (Tajali Haji meningkat secara
eksponensial). Kehadiran tahun ini akan mempunyai cita rasa yang
berbeda dengan yang terjadi sebelumnya, dan karena kita bergerak menuju
Tanda-Tanda Hari Kiamat, sebagaimana Nabi (s) bersabda,
القابض على دينه كالقابض على الجمر
al-qaabidhu `alaa diinihi ka’l-qaabidhu `alaa al-jamr.
Orang yang memegang teguh agamanya (di masa sekarang) seperti orang yang memegang bara yang menyala di tangannya.
Jadi,
sekarang itu tidaklah mudah, untuk berangkat dari negeri-negeri ini,
karena biayanya mahal dan menjadi sangat sulit, tidak seperti bila
kalian berada di sana atau di dekat bandara, atau misalnya hanya perlu
satu jam perjalanan ke Mekah dan Madinah. Kerumitan untuk pergi dan
semakin banyak orang yang ingin menunaikan Haji, menjadikan ibadah Haji
bertambah sulit. Tetapi sebagaimana Nabi (s) bersabda,
laa rahata fi ‘d-diin.
(Tidak ada) rehat/istirahat di dalam agama.
Itu artinya kalian harus selalu berjuang. Sebelum berangkat, orang-orang yang berhaji, hujjaj,
memanggil semua saudara dalam keluarga mereka dan tetangga mereka dan
teman-teman mereka untuk mengucapkan selamat tinggal karena orang yang
pergi tidak tahu apakah ia akan kembali, apakah ia akan hidup atau
meninggal di sana. Kalian meninggalkan dunia dan pergi menuju akhirat,
itulah niatnya bagi setiap orang yang menunaikan Haji, itu adalah
akhirat, karena itu adalah kewajiban. Ketika kalian melakukan salat
kalian, itu adalah akhirat; ketika kalian melakukan kelima salat kalian,
seolah-olah kalian berada di Surga, karena ketika kalian mengarahkan
wajah kalian menghadap Kiblat, ke Baitullah, yang aslinya adalah di Bait
al-Ma’mur (di Surga keempat, yang letaknya persis di atas Ka'abah di
Bumi), jadi kalian berada di akhirat! Nabi (s) bersabda,
qurratu `aynii fi 'sh-shalaat.
Kesejukan mataku (saat terbaik, apa yang kucintai) adalah salat (karena aku berada di Hadirat Ilahi).
Meskipun
kita tidak melihatnya karena kita adalah pendosa dan hamba yang lemah,
tetap saja Allah (swt) akan memberikannya kepada kalian karena kalian
berusaha melakukan yang terbaik untuk tidak kehilangan salat kalian,
karena seorang Muslim tidak hanya salat pada hari Jumat saja, tetapi
setiap hari. Setiap salat mempunyai pelangi tajali dan cita rasa
khasnya masing-masing. Sayangnya, kini kita salat seperti ayam jantan
(terburu-buru) tidak khusyuk, tanpa rasa dari salat itu atau tanpa
perasaan. Sebagian orang memilikinya, tetapi yang lain tidak, dan kita
memohon kepada Allah agar memberikan rasa itu kepada kita.
Ketika
kalian pergi ke Madinat al-Munawarrah dan mengunjungi Nabi (s) dan
memberikan penghormatan kalian, dan kalian meminta kepada Allah (swt) di
dalam doa-doa kalian, demi Nabi (s), Allah (swt) akan mengabulkannya.
Dan siapa yang berada di samping beliau--semua Sahabat dan semua
awliyaullah, tetapi Sayyidina Abu Bakr (r) dan Sayyidina `Umar (r)
adalah yang dimakamkan di samping Nabi (s). Apa yang dikatakan oleh
Nabi (s) mengenai Sayyidina Abu Bakr (r) dan Sayyidina `Umar (r)? Saya
tidak akan berbicara mengenai Sayyidina `Ali (r) sekarang karena ada 360
ayat di dalam kitab suci al-Qur’an mengenai beliau. Kita bicara
mengenai topik ini sekarang. Nabi (s) bersabda, “Setiap nabi mempunyai
dua orang menteri, wazir,
dari penghuni (makhluk) langit dan dua orang menteri dari orang-orang
di Bumi, dan menteriku dari langit adalah Jibriil (a) dan Mika'iil (a).
[Itulah sebabnya bagi semua Ahl as-Sama, mereka berdua selalu berada
bersama beliau secara privat, keduanya istimewa]. Sedangkan menteriku
yang berasal dari Bumi adalah Sayyidina Abu Bakr dan Sayyidina `Umar.”
Jadi
bagaimana menurut kalian, dapatkah seseorang yang mengunjungi Nabi (s)
tetapi lupa untuk mengunjungi Sayyidina Abu Bakr (r) dan Sayyidina `Umar
(r)? Tidak bisa, karena mereka berada di samping Nabi (s). Itu
artinya setiap orang yang mengunjungi Madinat al-Munawwara dan Sayyidina
Muhammad (s), kemudian Sayyidina Abu Bakr dan Sayyidina `Umar, akan
berada bersama mereka setiap saat di dalam kehidupannya di dunia dan
akhirat! Allah (swt) tidak akan menghalangi seseorang yang mendatangi
gerbang Nabi (s), mendatangi gerbang Sayyidina Abu Bakr, Sayyidina
`Umar, Sayyidina `Utsman, Sayyidina `Ali, dan semua Sahabat, semua anak
cucu dan keluarga dan istri-istri Nabi (s), kemudian dijauhkan dari
mereka, tidak, kalian akan bersama mereka di dunia dan akhirat!
Itu
tidak berarti hanya dengan kedatangan kalian tahun ini (kalian mendapat
keberkahan itu), sementara bagi mereka yang pergi tahun lalu atau pada
tahun-tahun sebelumnya, mereka dihilangkan, tidak. Itu adalah suatu
akumulasi dan penambahan berkah dari tahun-tahun yang telah lewat dengan
tahun ini, dan dunia ini bergerak dengan cepat menuju perubahan surgawi
untuk segera membawa kekuatan surgawi untuk mengembalikan kedamaian dan
kebahagiaan di Bumi.
(Hadis) Ibn `Umar berkata, “Suatu
hari Nabi (s) memasuki masjid dan di sebelah kanannya adalah Sayyidina
Abu Bakr dan di sebelah kirinya adalah Sayyidina `Umar, dan beliau
memegang tangannya, dan beliau (s) bersabda, ‘Seperti inilah kita akan
dibangkitkan di Yaumul Hisab, bersama (yaitu Nabi (s), Sayyidina Abu
Bakr dan Sayyidina `Umar).’”
Apakah menurut kalian, kalian akan ditinggalkan di belakang ketika Nabi (s) dibangkitkan bersama Sayyidina
Abu Bakr (r) dan Sayyidina `Umar (r) dan bersama seluruh Sahabat (r)
dan semua keluarga Nabi (s), apakah kalian akan disingkirkan padahal
kalian telah menghadapi berbagai kesulitan untuk mendatanginya (s),
paling tidak sekali seumur hidup kalian, untuk mencapai hadiratnya dan
berdoa, apapun yang kalian inginkan, di mana tidak ada istilah “di sana”
karena para malaikat membawa doa-doa kalian ke atas, dan Nabi (s) akan
membawa kalian hingga ke Hadirat Ilahi.
Tahun
ini tajali dari doa itu dibuka. Itulah sebabnya banyak hamba Allah
yang saleh, رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْه, rijaalun shaadaquu maa `ahadullaha `alayh (33:23), “Orang-orang
yang memegang janjinya dengan Allah (swt),” akan berada di dalam
hadirat itu, mereka akan datang dari berbagai penjuru untuk berada di
hadirat Nabi (s), meminta kepada Allah (swt) sebagaimana di dalam ayat,
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ
walaw annahum idz zhalamuu anfusahum jaauuka fa ’staghfaruullaah wa ’staghfara lahumu ‘r-rasuul.
Jika
mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun
kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka. (an-Nisa, 4:64)
Ketika mereka menganiaya diri mereka sendiri, mereka datang kepadamu, yaa Muhammad,
dan meminta ampunan Allah, Allah akan mengampuni mereka jika engkau
mengampuni mereka dan engkau memintakan ampunan atas nama mereka!
Kita berdoa, yaa Sayyidii, yaa Rasuulullah!
Niat kami adalah untuk pergi dan mengunjungimu, dan meminta ampun di
hadiratmu, dan meminta agar bersamamu di dunia dan akhirat, untuk berada
di kakimu, dan kaki Sayyidina Abu Bakr, Sayyidina `Umar, Sayyidina
`Utsman, Sayyidina `Ali dan semua Sahabat (r) yang lainnya!
(Hadis) `Anas
(r) berkata, “Nabi (s) bersabda, ‘Cinta kepada Abu Bakr dan `Umar
adalah bagian dari iman dan orang yang membencinya akan jatuh ke dalam
kategori kafir, tidak beriman.”
Jadi
pastikanlah, selama kehadiran kalian di sana, di hadirat Nabi (s),
berikanlah penghormatan setinggi-tingginya kepada beliau dan kepada Sayyidina
Abu Bakr, Sayyidina `Umar, Sayyidina `Utsman, Sayyidina `Ali, Sayyidina
Hasan dan Sayyidina Hussayn, istri-istri dan keluarga beliau, anak cucu
beliau dan semua Sahabatnya (r), Ka`aba dan Mahbat al-Wahiy, Jannat
al-Baqii, Safa, Marwa dan Saii, dan semua malaikat di langit dan Bumi,
dan berikan hormat kepada semua nabi (a) dan orang-orang yang saleh.
Kalian
harus menekan kemarahan kalian di sana, jangan marah dan jangan
berdebat, bertanya, “Mengapa ini terjadi, atau tidak terjadi?” atau,
“Mengapa aku harus begini, begitu?” Di sana, yang terjadi hanyalah apa
yang dikehendaki Allah dan kalian akan melihat bahwa kalian tidak
mempunyai iradat, hanya Kehendak Allah yang akan terjadi di sana, dan
kalian akan melihat bahwa apapun yang Dia tuliskan bagi kalian, itu akan
terjadi, jadi jangan berdebat! Jagalah salat kalian, dan jagalah mulut
kalian hanya untuk zikrullah dan berselawat atas Nabi (s).
(Doa)
http://sufilive.com/print/?id=3885&lc=BH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar