Imam Ghazali (r) berkata, “Aku menemukan seorang pemandu,” dan sekarang orang-orang mengajarkan ajaran Imam Ghazali di mana-mana, karena mereka menganggapnya sebagai seorang guru besar dalam Syari`ah dan ulama besar dalam Spiritualitas, Tazkiyyat an-Nafs, yang kita sebut ‘Tasawwuf.’ Ajarannya ada di mana-mana, bahkan di Mekah dan Madinah.
Beliau berkata, “Aku mengambil seorang pemandu.”
Jadi, tanpa pemandu/Mursyid/Syekh , jangan percaya bahwa kalian dapat
melakukan sesuatu, dan pemandu atau mursyid yang kalian ikuti itu, kalian harus
menghormati dan mencintainya; kalian tidak bisa melakukan sesuatu yang tidak
disukainya. Dan kalian harus menghormatinya dan memanggilnya dengan
panggilan terbaik. Itulah sebabnya mereka memanggil Syekh mereka, ‘Sulthan
al-Awliya’ dan kita menyebut Syekh kita, ‘Sulthan al-Awliya.’
Tarekat-tarekat mempunyai nama yang berbeda-beda,
Syadzili, dari nama Imam Abu ’l-Hasan asy-Syadzili, atau Boutchiyya dari nama
Syekh Hamza Boutchiyya, diikuti oleh orang-orang di Maroko, atau Aljazair dan
Tunisia; lalu Tijaniyya dari nama Sayyidina Ahmad at-Tijani. Mereka
mencintai mursyid mereka, karena mursyid-mursyid itu membawa mereka kepada Hakikat.
Jadi kita memanggil Syekh kita Sulthan al-Awliya tetapi kita tidak
menyangkal yang lain. Kita tidak tahu, itulah yang paling penting.
Kalian tidak perlu berselisih dengan yang lain. Mereka memanggil
syekh mereka, ‘Sulthan al-Awliya’ juga dan kita menghormati mereka. Kita
mempunyai Sulthan al-Awliya bagi kita sendiri, yaitu Mawlana Syekh Muhammad
Nazim `Adil
Penyebutkan Silsilah Keemasan Tarekat Naqsybandi telah
berubah dari abad ke abad, tarekat ini diberi nama dengan salah satu guru
besarnya pada setiap masa. Pada awalnya, ia dinamakan Shiddiqiyyah, mengikuti nama Abu Bakr
ash-Shiddiq (r), kemudian Thayfuriyyah
mengikuti nama Bayazid Thayfur al-Bisthami, lalu Khwajaganiyyah hingga masa Syah Naqsyband. Sejak zaman
beliau, tarekat ini dikenal dengan nama Naqsybandiyyah hingga masa Syekh Ahmad al-Faruqi Mujaddid
Alf-ats-Tsani, yang kemudian disebut Naqsybandiyyah-
Mujaddidiyyah. Pada masa Syekh Khalid al-Baghdadi, ia dikenal dengan
nama Naqsybandiyyah- Khalidiyyah,
dan sejak tarekat ini bergerak ke Daghestan, hingga masa Syekh `Abdullah
al-Fa'iz ad-Daghestani (q), ia dikenal dengan nama Naqsybandiyyah-Daghestaniyyah.
Sesuai
dengan warisan para pendahulu kita, melalui silsilah mereka kepada Nabi (s),
sejak hari ini dan seterusnya kita menamakan tarekat ini Naqsybandiyyah-Nazhimiyyah. Hal ini untuk menghormati sumber
ilmu dan orang yang membangkitkan spiritualitas di masa kita, yaitu Syekh
Muhammed Nazhim Adil, yang telah menyebarkan Islam dari Timur ke Barat, membawa
ribuan orang ke dalam iman, dan membawa mereka ke Jalan Sufi yang mulia ini.
Sebagai tanda kekaguman kita, keyakinan kita dan kecintaan kita terhadap
kepemimpinannya, kita mengidentifikasikan diri kita melalui Syekh Nazhim dan
namanya yang mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar