Mawlana Syekh Hisyam Kabbani
21 Februari 2012 Lefke, Siprus
A`uudzu
billahi min asy-Syaythani ‘r-rajiim. Bismillahi ‘r-Rahmaani ‘r-Rahiim.
Kalimataani khafiifataani `ala ’l-lisaani tsaqiilataani fi ’l-miizan
subhaanallah wa bi-hamdihi subhaanallahi ’l-`azhiim astaghfirullah.
Dengan izin Syekh Muhammad, saya akan berbicara beberapa patah kata. Nabi (s) menyebutkan dua kalimat ini, “Subhaanallah wa bi-hamdihi subhaanallahi ’l-`azhiim astaghfirullah,”
dan jika kalian meletakannya di Mizan, kalimat-kalimat itu akan lebih
berat daripada semua dosa yang dilakukan oleh manusia! Ada empat frasa
di dalam kitab suci Al-Qur’an; jangan sampai kehilangan mereka, bacalah
mereka seratus kali setiap hari: “Subhaanallah w ’alhamdulillah, wa laa ilaaha illa-Llah, w’Allahu Akbar, wa laa hawla wa laa quwatta illa billahi 'l-`Aliyyu 'l-`Azhiim,” karena Nabi (s) bersabda, “Barangsiapa yang membacanya, ia akan masuk Surga.”
Saya membuka dengan ini untuk mengatakan bahwa setiap orang mempunyai dosa, dan satu-satunya yang ma`suum, bersih dari dosa, adalah para anbiyaa, dan Sayyidina Muhammad (s). Para awliyaullah tidak ma`suum tetapi mereka adalah mahfuuziin, dilindungi
agar tidak jatuh ke dalam dosa atau kesalahan, dan bahkan jika mereka
berdosa, mereka adalah orang-orang yang dilindungi oleh Allah karena
mereka selalu mengingat-Nya dan mereka akan diampuni oleh Allah (swt).
Sebagaimana Syekh `Adnan mengatakan minggu lalu, kita harus bersama dan
kita harus selalu satu tangan, dan itu juga merupakan pesan yang jelas
bagi setiap orang agar bersama dan bersatu, sebagaimana Allah (swt)
berfirman di dalam Kitab Suci Al-Qur’an:
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ
W `atasimuu bi hablillaahi jamiyy`an wa laa tafaraquu.
Berpegang teguhlah pada tali Allah dan jangan bercerai-berai. (Surat Aali-`Imraan, 3:103)
Tetapi Dia (swt) juga berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا
أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ
نَادِمِينَ
Yaa
ayyuhal-ladziina aamanuu in ja’akum faasiqun bi naba'in fa-tabayyinuu
an tusiibuu qawman bi-jahaalatin fatusbihuu `alaa maa fa`ltum naadimiin.
Wahai
orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (al-Hujurat, 49:6)
Wahai
Mukminin! Jika seseorang datang dengan tuduhan palsu, jangan terjebak
di dalamnya, karena kalian akan menyesal nantinya. Jadi agar tidak
terjatuh (ke dalam dosa itu) kitab suci al-Qur’an memerintahkan kita
untuk mengecek. Jangan mengatakan, “Orang ini mengatakan hal itu
sehingga aku percaya padanya.” Allah (swt) melarang hal itu di dalam
kitab suci al-Qur’an dan berfirman agar tidak berkonspirasi atau
bergunjing.
وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
Wa laa tajasassuu wa laa yaghtab b`adakum b`adan ayyuhibbu ahadukum an yaakulu lahma aakhiihi maytan fa-karihtumuuh.
Dan
janganlah mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah menggunjing
satu sama lain. Adakah seorang di antara kalian yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik
terhadapnya. (al-Hujurat, 49:12)
Apakah
kalian menginginkan ada seseorang yang memakan bangkai saudaranya?
Apakah kalian ingin memakan bangkai? Kalian akan merasa jijik dengan
diri kalian sendiri dan menjadi menjijikan dalam pandangan Allah!
Nasihat ini adalah untuk saya, untuk kalian, dan jika kalian mau, itu
untuk setiap orang, agar selalu tahu, bahwa jika sesuatu terjadi,
pertama kita harus mengecek dan menyelidiki dan temukan kebenarannya,
barulah kita membuat suatu keputusan; kalian tidak bisa membuat suatu
keputusan jika kalian tidak mengecek kebenarannya! Dan saya meminta
setiap orang, mari kita mengecek diri kita sendiri, seperti petugas
pajak yang mengaudit kalian, pertama marilah kita audit diri kita
sendiri.
Suatu
saat Mawlana berkata kepada saya, beliau sedang berkhalwat selama enam
bulan dan Grandsyekh memintanya untuk menghitung berapa karakteristik
buruk yang ada. Nabi (s) mengatakan bahwa ada 800 karakteristik buruk
dan 500 kewajiban... Mawlana berkata kepada saya, “Aku ingin tahu
bagaimana menghitung sebanyak itu, sekarang aku dapat menghitung sekitar
lima puluh, tetapi bagaimana aku dapat menghitung sampai 800? Tetapi
di dalam khalwat aku menghitung hingga 187.” Ada karakterisitik buruk
di dalam diri kita semua, tetapi kita harus berhati-hati agar mereka
tidak bertambah dan kita harus berusaha untuk mengaudit diri kita dan
meminta ampun pada malam hari.
Jadi,
pesan saya adalah bahwa Allah (swt) mengaruniai syekh kita dengan daya
dan kekuatan untuk mengatahui segala sesuatu, karena Nabi (s) bersabda, u’thiitu jawaami al-kalimi “Aku mempunyai seluruh Qur’an di dalam kalbuku” dan `uluumu ‘l-awwaliina wa ‘l-aakhiriin, “Allah
memberiku ilmu awal dan akhir.” Dan ketika saya memberi kalian ayat
dari kitab suci Al-Qur’an, kalian akan terpana. Barangkali kalian telah
membacanya setiap hari tetapi tanpa memahaminya:
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ
Inna fatahna laka fathan mubiina. Li-yaghfira lakaLlahu maa taqaddama min dzanbika.
Sesungguhnya,
Kami telah memberimu kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi
ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. (al-Fath, 48:1-2)
Nabi (s) meminta untuk diberikan lebih banyak dan lebih banyak lagi, dan Allah (swt) berfirman, “Yaa Muhammad!
Kami telah memberimu pembukaan yang besar, kami telah melapangkan
dadamu!” Kemudian pada ayat berikutnya, Dia berfirman, li-yaghfira lakaLlahu maa taqaddama min dzanbika wa maa ta-akhkhara,“Supaya Allah
mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang.” Bagaimana
ini bisa terjadi? Jika kalian ingin memikirkannya secara harfiah, ini
berkontradiksi dengan ayat pertama. Bagaimana Allah (swt) berfirman di
dalam Qur’an, “Yaa Muhammad,
setelah Aku lapangkan dadamu dan memberimu apa yang tidak Kuberikan
kepada orang lain, Aku mengampunimu dari dosa-dosa terdahulu dan
dosa-dosa yang akan datang.”? Nabi (s) tidak mempunyai dosa, karena
beliau adalah ma`suum!
Awliyaullah mewarisi
rahasia itu, yang artinya, “Allah (swt) mengampuni setiap orang dari
umatmu, wahai Muhammad, karena engkau membawa seluruh umat, setiap
orang!” Itu termasuk orang-orang yang muncul sebelum Muhammad (s) sejak
masa Nabi Adam (a), dan siapa pun yang muncul setelah Muhammad (s).
“Aku akan memberikan mereka semua kebebasan dari Api Neraka karena
syafaatmu!” Ini merupakan sebuah diskusi yang panjang yang dapat
berlangsung selama berjam-jam, masuk ke dalam ahadiits dan beberapa ayat yang berbeda di dalam kitab suci al-Qur’an; namun demikian, Saya akan menyebutkan secara singkat tentang Surat asy-Syarh, yang kalian baca setiap hari Kamis.
Allah (swt) berfirman:
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَكَ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
Alam nasyrah laka shadrak, wa wadha`ana anka wizrak, alladzii anqadha zhahrak, wa rafa`na laka dzikrak.
(Wahai
Muhammad!) Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu, dan Kami
telah menghilangkan darimu bebanmu yang memberatkan punggungmu? Dan
Kami tinggikan bagimu sebutanmu? (Surat asy-Syarh, 94:1-4)
Wa rafa`na laka dzikrak, “Kami tinggikan bagimu (begitu) tinggi (sehingga) setiap orang harus berselawat atasmu, bahkan para malaikat di Surga!” Wa wadha`ana anka wizrak, alladzii anqada dzahrak, “dan
Kami telah menghilangkan darimu bebanmu yang memberatkan punggungmu,”
yang artinya, “Kami menghilangkan semua dosa yang membuatmu khawatir
mengenai umatmu setiap hari.”
Awliyaullah mewarisi
rahasia-rahasia ini dan setiap saat mereka terbebani karena mereka
menanggung para pengikut mereka--baik dan buruk, setengah pengikut,
pengikut yang pendosa--di punggung mereka. Itulah sebabnya Allah (swt)
menempatkan para awliya di
dalam khalwat, di dalam situasi yang merupakan proses pembersihan,
tetapi ini bukan untuk mereka, karena mereka sudah bersih! Mereka
mewarisi dari Nabi (s), tetapi mereka menanggung kita.
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
Alaa inna awliyaaullaahi laa khawfun `alayhim wa laa hum yahzanuun.
Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (Surat al-Yunus, 10:62)
Karena
mereka menanggung kita, kita harus mengambil keuntungan dari apa yang
mereka lakukan untuk kita dan memegangnya bersama seperti satu tangan.
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Yaa
ayyuha ’n-naasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wa untsaa waj a`alnakum
syu`uuban wa qabaaila lita`arafuu inna akramakum `inda Allaahi atqaakum
inna Allaaha `aliimun khabiiru.
Wahai
manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di sisi Allah adalah orang yang taqwa di antara kamu dan
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (al-Hujuraat, 49:13)
Di sini kita semua berasal dari suku-suku yang berbeda-beda. Orang yang paling taqwa (dekat) adalah yang terbaik.
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Yaa
ayyuha ’n-naasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wa untsaa waj a`alnakum
syu`uuban wa qabaaila lita`arafuu inna akramakum `inda Allaahi atqaakum
inna Allaaha `aliimun khabiiru.
Wahai
manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang taqwa di antara kamu
dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat, 49:13)
Kalian
mengatakan bahwa, “Kita semua berdoa untuk Mawlana Syekh,” tetapi
Wahhabi juga melakukan salat lima waktu, jadi apa perbedaannya antara
Ahlu ‘l-Sunnah dan Wahhabi ketika keduanya salat, keduanya puasa,
keduanya mengumandangkan adzaan. Apa bedanya? Perbedaannya adalah `aqaaid, akidah
mereka. Kalian pikir apa yang kalian lakukan benar, tetapi mungkin
saja tidak, jadi auditlah diri kalian dan jangan melemparkan kata-kata
dengan sembarangan, tetapi pastikan kalian tahu bahwa ada orang-orang di
sekitar kalian yang mengaudit kalian.
Mereka
bertanya, “Apakah Mawlana mengetahui segala hal?” Mereka berkata,
“Ya.” Kemudian mereka berkata, “Jika beliau melihat apa saja, mengapa
beliau tidak mengekspos orang yang melakukan sesuatu yang tidak dapat
diterima?” Orang-orang dapat menanyakan hal ini, tetapi saya bisa
bertanya, apakah Nabi (s) mengetahui segala hal? Tentu saja! Mengapa
beliau melakukan salat menghadap Masjid al-Aqsa selama delapan belas
bulan, di mana sebelumnya beliau salat menghadap Mekah, kemudian beliau
menghadapkan wajahnya menuju al-Aqsa di Jerusalem? Karena beliau
mengetahui segala hal!
وَلَن
تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم
بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ
وَلاَ نَصِيرٍ
Walan tardhaa `ank al-yahuudu wa laa ‘n-nashaaraa hattaa
tattabi`a millatahum qul inna huda ’Llaahi huwa ‘l-hudaa wa layni
’t-taba`ta ahwaahum ba`da alladzii jaa’aka mina al-`ilmi maa laka min
’Llaahi min waliyyin wa laa nashiir.
Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti
agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk
(yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka
setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi
pelindung dan penolong bagimu. (Al-Baqarah, 2:120)
Beliau salat menghadap Masjid al-Aqsa, tetapi Allah memerintahkan padanya, “Cukup, yaa Muhammad! Mereka tidak akan mengikutimu.”
Mengapa
beliau (s) mengambil seorang pemandu dari Mekah ke Madinah selama
hijrah? Mengapa beliau mengambil seorang pemandu ketika Mi`raaj, ke
al-Aqsa? Beliau mengambil pemandu dari Surga, Jibriil (a), untuk
memandunya ke al-Aqsa. Beliau (s) mengatakan kepada kita, “Jagalah
pemandumu.” Kalian senantiasa perlu dibimbing menuju kebenaran. Syekh
ingin agar kalian mengetahui kesalahan kalian sendiri, beliau tidak akan
mengungkapnya. Bukankah Nabi (s) mengetahui bahwa pamannya menggali
parit yang besar dan kemudian mengundang Nabi (s) untuk makan agar
beliau (s) jatuh ke dalam parit itu? Ya, beliau tahu. ..
Jangan sampai kalian terjatuh ke dalam parit awliya karena
itu akan menjadi sulit untuk menariknya keluar! Mawlana sering kali
mengatakan, ketika kalian mendekati sultan, kalian mendekati api, jadi
jangan terlalu banyak mendekat, karena kalian akan berada di bawah api!
Seperti
yang kami katakan di awal, bukankah orang-orang Wahhabi melakukan
salat? Ya, dan mungkin saja salat mereka lebih baik daripada salat
kita, dengan tafakur dan meditasi. Tetapi Grandsyekh bertanya suatu
kali di dalam khalwatnya di diwan awliya, “Yaa Rasuulullah,
mengapa engkau membiarkan mereka?” Nabi (s) bersabda, “Mereka adalah
yang terbaik di masa (sekarang), untuk membuat masa jahiliah datang
dengan cepat,” karena Sayyidina Mahdi (a) tidak akan datang sampai
kebodohan/jahiliah memenuhi dunia! Jadi kita memerlukan mereka
sekarang. Waspadalahl! Jika syekh memerlukan kalian sekarang, mungkin
nanti beliau akan meninggalkan kalian ketika kebenaran datang.
Tidak
ada orang di seluruh dunia yang menyukai Wahhabi, tetapi Nabi (s)
membiarkan mereka di masjidnya tiga atau empat meter darinya. Mereka
begitu dekat, tetapi ada sesuatu yang telah dipersiapkan bagi mereka!
Jadi kita tidak boleh terjatuh ke dalam jebakan pertanyaan ini, “Apakah
Syekh mengetahui segala hal?” Mengapa (menanyakan ini)? Beliau
mengetahui segalanya, tetapi beliau membiarkan hal itu (untuk mengambil
waktu mereka) dan beliau mengeceknya.
Mengapa
Allah (swt) mengizinkan Iblis masuk ke dalam Surga? Ketika Dia meminta
Iblis untuk melakukan sujud kepada Adam (a), apa yang terjadi? Iblis
tidak mau bersujud, tetapi Allah membiarkannya di sana, dan Dia
mengetahui keberadaannya akan menjadi buruk, jadi meskipun Iblis
terkutuk, tetap saja Allah (swt) membiarkannya berada di Surga! Dia
mengutuknya dan memberikan kesempatan di Surga! Ia datang sebagai
seekor ular untuk menipu Adam (s), dengan mengatakan, “Aku mencintaimu,
engkau adalah temanku! Ayo, makanlah dari pohon ini dan engkau akan
hidup selamanya.” Ia membuatnya makan, karena Allah (swt) menguji Adam
(a), apakah ia akan bersabar atau tidak, atau apakah ia akan mendengar
Iblis atau Allah?
Bukankah
Allah (swt) mengetahui bahwa Namrud akan membakar Sayyidina Ibrahiim
(a)? Allah (swt) berfirman, “Tangkap dia, masukkan ke dalam api untuk
mengujinya.” Apa yang terjadi? Dia mengutus Jibriil (a) kepada
Ibrahiim (a) pada akhirnya, dan Jibriil bertanya, “Apakah engkau
memerlukan sesuatu?” Ibrahiim (a) berkata, “Aku tidak memerlukanmu
karena Allah mengetahui apa yang kuperlukan.” Kemudian Allah membuat
api menjadi “bardan wa salaaman,”sejuk dan damai bagi Sayyidina Ibrahiim (a).
Jadi jangan berpikir bahwa karena kalian sangat dekat dengan awliya sehingga kalian mempunyai level yang tinggi, padahal sebenarnya kalian mungkin berada di level terendah!
Nabi (s) bersabda,
رب اشعث اغبر لو اقسم على الله لأبره
Rubba asy`ats aghbara law aqsama `ala Allaahi la-abbarah.
Mungkin ada orang yang lusuh, berdebu yang apabila ia bersumpah demi Allah, Allah akan mengabulkannya. (Muslim)
Nabi
(s) bersabda, “Mungkin saja, sesungguhnya, sudah pasti, bahwa seorang
yang berambut ikal, terlihat menjijikan, berminyak, berdebu, dan kotor,
ketika ia meminta sesuatu pada Allah, Allah akan mengabulkannya.” Allah
(swt) melihat pada kalbu, bukannya pada sanjungan orang-orang yang
mengelus-elusnya. Mungkin saja kalian masih jauh.
Ada
seorang wali besar yang berkata, “Ketika aku meninggal dunia, sebelum
kalian menguburkan aku, ambil turbanku dan lemparkan ke udara, lalu
orang yang kepalanya dihinggapi turbanku akan menjadi khalifahku.”
Mereka melemparkannya dan turban itu berputar-putar, kemudian mendarat
di kepala seseorang yang membersihkan sepatu. Para cendikiawan besar
itu berpikir bahwa mungkin telah terjadi kesalahan, sehingga mereka
melemparkannya lagi, dan turban itu kembali berputar-putar dan mendarat
di tempat yang sama. Jangan berpikir bahwa orang yang dekat adalah
orang yang akan dipromosikan, tidak, mereka mungkin akan diasingkan!
Begitu banyak presiden dan pemimpin dunia membawa satu orang dan
kemudian pada akhirnya mereka menendangnya.
Wahai orang-orang yang beriman! Wahai Muslim! in ja’akum faasiqun bi naba'in fa-tabayyinuu an tusiibuu qawman bi-jahaalatin fatusbihuu `alaa maa fa`ltum naadimiin, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, jangan dipercaya sampai kalian memeriksanya dengan teliti! (49:6)
Saya
memaafkan orang-orang dari kalbu saya yang paling dalam, dan saya
meminta setiap orang untuk memaafkan saya, kecuali mereka yang
menciptakan (fitnah) dan tuduhan yang salah dari beberapa orang (muriid),
dan orang-orang ini akan dipukuli tanpa alasan. Banyak di antara
kalian yang tahu bahwa orang itu yang telah dipukul dengan tongkat
baseball di tangan dan kakinya, dan ia tidak melakukan apa-apa dan para
hari berikutnya, ia dibebaskan. Untuk apa (mengapa ia dituduh dengan
tuduhan palsu)? Untuk apa?!!
Berhati-hatilah,
karena kita berada di dalam hadirat Mawlana Syekh! Saya tidak akan
memaafkan orang-orang itu, bahkan jika mereka datang dan meminta maaf.
Semoga Allah (swt) mengampuni kita. Tetapi saya masih merasa buruk,
dan saya katakan semoga Allah mengampuni mereka juga dan semoga Allah
mengampuni semua orang, dan semoga Allah membimbing setiap orang ke arah
yang benar.
(Doa)
Fatihah.
Dan Abu Hurayra (r) berkata:
Sebelum Hari Kiamat tiba, akan ada tahun-tahun penuh dengan khuda`a,
konspirasi, di mana Muslim berkonspirasi melawan Muslim lainnya, dan
para pemimpin berkonspirasi menentang pemimpin lainnya (presiden dan
raja-raja), dan orang yang mengatakan kebenaran diekspos seolah-olah ia
tidak mengatakan kebenaran, tetapi orang-orang percaya bahwa si
pembohong adalah orang yang baik.
© Copyright 2012 Sufilive. This transcript is protected by international copyright law.
Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu khayr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar