Niat untuk Semua Ibadah dalam Tarekat Naqsybandi

The Intention for Any Worship in the Naqshbandi Tariqah Mawlana Shaykh Hisham Kabbani Sohba Discourse
Syekh Hisyam Kabbani
5 September 2015   Burton, Michigan
Shuhbah Maghrib di Masjid As-Siddiq Institute & Mosque (ASIM) (2)

A`uudzu billahi min asy-Syaythani ‘r-rajiim. Bismillahi ‘r-Rahmani ‘r-Rahiim.
Nawaytu ‘l-arba`iin, nawaytu ‘l-`itikaaf, nawaytu ‘l-khalwah, nawaytu ‘l-`uzlah,
nawaytu ‘r-riyaadha, nawaytu ‘s-saluuk, lillahi ta’ala al-`Azhiim fii hadza ‘l-masjid.
Aku berniat empat puluh hari (khalwat), aku berniat khalwat (dari dunia), aku berniat untuk memutuskan diri (dari dosa), aku berniat untuk mengambil disiplin (dari tarekat), aku berniat suluuk (patuh sepenuhnya) kepada Allah, Yang Maha Agung, di masjid ini.

Dengan Niat Kuat Kalian, Syekh dapat Mengangkat Kalian
Segala sesuatu…subhaanAllah, Awliyaullah tahu, mereka mempunyai bakat dan mengatahui rahasia bagaimana cara mengangkat kalian lebih  tinggi dan lebih tinggi lagi, dengan kita hanya melakukan  hal-hal kecil dan mereka  membuatnya begitu luar biasa.  Para ulama mengajari umat, tetapi mereka tidak mempunyai kemampunan seperti itu, untuk membuat sesuatu yang kecil menjadi besar.
Saya ingat Grandsyekh, semoga Allah memberkahi ruhnya, Syekh `AbdAllah al-Fa`iz ad-Daghestani, dan kita harus membedakan antara Grandsyekh `AbdAllah ad-Daghestani dan Grandsyekh Mawlana Syekh Nazim, semoga Allah mengangkat derajat mereka–Grandsyekh `AbdAllah berkata bahwa  ketika kalian salat, Allah (swt) akan mencurahkan kalian dengan pahala yang tidak kalian ketahui besarnya; misalnya, jika seseorang pergi ke masjid, untuk setiap langkah mereka berjalan atau menaiki kendaraan apa saja, untuk setiap langkah Allah memberi satu hasanat, amal baik, dan menghilangkan satu sayyia`at, dosa.
Bahkan itu masih di dalam batasan, Syekh Abdul Haqq datang ke sini dari Chicago, 325 mil, 520 kilometer, dan kira-kira 520 ribu meter, atau 1 juta 716 ribu langkah!  Di zamannya Grandsyekh (q) mengatakannya bahwa pada tanggal 27 Rajab (Laylat al-Bara`ah), Allah membukakan Nikmat-Nya pada semua orang yang membuat niat tetapi tidak memenuhinya, misalnya jika mereka ingin pergi ke Chicago tetapi mereka tidak pergi, tetap saja ia akan mendapat pahala seolah-olah ia pergi, dan dari Rahmat Allah di Hari Akhir ini, niat kalian akan mengangkat derajat kalian begitu tinggi sehingga tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah (swt) dan Nabi-Nya (s)!
Itulah sebabnya beliau berkata, setiap kali kalian melakukan salat, [atau melakukan ibadah apa pun,  atau melakukan amal baik, atau meminta sesuatu], buatlah niat kalian, Nawaytu ‘l-arba`iin,  “Yaa Rabbii! Aku berniat untuk duduk berkhalwat selama empat puluh hari.”  Jika kalian melakukan hal itu, saat kalian duduk melakukan tafakur, di mana kadang-kadang orang duduk selama lima atau sepuluh menit untuk melakukan refleksi dan meditasi mengenai ma`rifah, Keagungan Allah dan Ciptaan-Nya, itu seolah-olah kalian duduk selama empat puluh hari!  Menutupi diri kalian dengan sehelai kain dan melakukan zikrullah, “Laa ilaaha illa-Llah” atau zikir apapun yang kalian inginkan, dan dengan niat tersebut, itu seolah-olah kalian berada dalam khalwat selama empat puluh hari dan kalian akan diberi pahala yang sangat besar, begitu besarnya sehingga para malaikat tidak mampu menuliskan hasanaat dan pahala yang Allah berikan kepada kalian dengan niat tersebut!  Ibadah yang sama yang biasa kalian lakukan kini diperkuat dengan niat kalian.  Grandsyekh (q) juga mengatakan untuk membaca seluruh niat yang mudah diingat ini,
Nawaytu ‘l-arba`iin, nawaytu ‘l-`itikaaf, nawaytu ‘l-khalwah, nawaytu ‘l-`uzlah,
nawaytu ‘r-riyaadha, nawaytu ‘s-saluuk, lillahi ta’ala al-`Azhiim fii hadza ‘l-masjid.
Aku berniat empat puluh hari (khalwat), aku berniat khalwat (dari dunia), aku berniat untuk memutuskan diri (dari dosa), aku berniat untuk mengambil disiplin (dari tarekat), aku berniat suluuk (patuh sepenuhnya) kepada Allah, Yang Maha Agung, di masjid ini.
Grandsyekh (q) berkata bila kalian menggabungkan semua niat ini, semua prinsip dan fundamental bila digabung dalam niat khalwat kalian yang dilakukan di dunia ini, maka di akhirat kalian akan bersama dengan orang-orang yang juga membuat niat ini (yaitu para Awliyaullah). Kalian bahkan dapat menambahkannya dengan nawaytu ‘sh-shiyaam, “Aku berniat untuk puasa” sebelum salat atau membaca Qur’an Suci, karena kalian tidak akan berbicara dengan orang lain, kalian mendedikasikan waktu kalian untuk salat atau zikir atau beribadah seolah-olah kalian berpuasa selama kurun waktu itu, bukan puasa sesungguhnya, tetapi kalian membuat niat ibadah puasa, jadi dengan Rahmat Allah dan syafaat Nabi (s), kalian akan diberi pahala untuk semua puasa dari orang-orang yang pernah puasa di dunia, semuanya digabungkan sejak Adam hingga Hari Kiamat!  
Awliyullah adalah mercu suar dan mereka disebut “umat yang saleh dan ikhlas” di antara umat karena kebaikan apa pun yang diberikan kepada mereka, mereka juga rela membaginya dengan yang lain, karena itu merupakan salah satu prinsip iman, sebagaimana Nabi (s) bersabda,
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
Tidaklah seorang di antara kalian dikatakan beriman sampai ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya. (Bukhari dan Muslim)
Ketika Awliya melihat rahmat ini diturunkan kepada Ummah an-Nabi (s), mereka senang membaginya sesuai dengan level mereka.  Itulah sebabnya Grandsyekh (q) … sudah tidak ada sekarang, tetapi saya akan membaginya dengan kalian.  Demi kecintaan kalian pada syekh kalian, kalian ingin memberikan sesuatu kepadanya ketika kalian berjumpa dengannya dan kami sangat mencintai Grandsyekh (q) pada saat itu, dan insyaa-Allah pada saat ini dan setiap waktu!  Sebagaimana yang kami lakukan dan sebagaimana banyak murid yang memberi sesuatu kepada Mawlana Syekh Nazim, ketika kalian bertemu dengan syekh, kalian memberinya sesuatu, meskipun Hadits Nabi (s) mengatakan,
ورجل تصدق أخفى حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه
[Di antara tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada Hari Kiamat adalah] orang yang memberi sedekah secara rahasia sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya. (Bukhari)
Jadi ketika kami mengunjungi Grandsyekh (q) kami menyerahkan sesuatu, saya tidak akan mengatakan apa itu, tetapi kami menyerahkan sesuatu dan saat itu sampai sekarang, setiap kali saya mengingatnya, saya masih bisa menggambarkan Mawlana Grandsyekh `AbdAllah (q) dengan busana yang dikenakannya dan bagaimana cara saya menyerahkan amanat itu kepadanya, hadiah itu kepadanya, dan beliau berkata, “Yaa waladii, wahai anakku! Insya’Allah engkau akan mewarisi `Uluum al-Awwaliin wa ‘l-Aakhiriin.”  Seolah-olah saya melihatnya sekarang.
Lihatlah, dengan kekuatan apa beliau mengangkat (derajat) kalian, karena cintanya kepada kalian dan cinta kalian kepadanya.  Beliau dapat melihat hubungan itu sementara kita tidak dapat melihatnya, beliau ingin memberikan yang terbaik kepada kalian, dan apakah yang terbaik itu?  Mewarisi setetes ilmu dari Samudra Nabi (s), `Uluum al-Awwaliin wa ‘l-Aakhiriin “Ilmu tentang Awal” dan “Ilmu tentang Akhir”, setetes dari ilmu tersebut, Grandsyekh sering mengatakan bahwa setetes ilmu tersebut akan membanjiri seluruh alam semesta.  Tidak akan ada lagi alam semesta jika Allah (swt) akan membukakan ilmu yang Dia berikan kepada Nabi (s)!
Itulah sebabnya Grandsyekh (q) berkata, “Semua ilmu awliyaullah, semua jutaan buku yang telah ditulis ini tidak sampai setetes dari Samudra ilmu Nabi (s) sehingga jika ada izin atas perintah Allah untuk membukanya, seluruh alam semesta akan banjir, ia akan musnah ketika kalian memasuki samudra yang dalam itu.”  Samudra apa?  Ketika kalian masuk ke dalam samudra dan berenang, kalian masih mempunyai nafs.  Ketika kalian masuk ke dalam samudra, ketika kalian melewati samudra, sebagian dapat melayang dengan punggungnya: itulah kepasrahan.  Ketika kalian pasrah, kalian tidak lagi mempunyai keinginan, mereka akan mengizinkan kalian untuk memasuki Samudra Ma`rifah, karena di sana kalian akan mendapatkan batu permata, tidak ada lagi batu kerikil, tidak ada lagi sampah–tetapi mereka ingin agar permata ini dijaga, dan dari partikel kecil berisi formula surgawi yang istimewa mereka percikkan pada Ummat an-Nabi (s) [itu menjadi sesuatu yang sangat besar], seperti di dalam Kimia, kalian menggabungkan berbagai unsur dan menghasilkan sebuah reaksi baru.  Setiap saat Awliyaullah mempunyai sebuah formula baru yang muncul dan itu tidak sama satu sama lain, masing-masing berbeda.
Di dalam Hadits an-Nabi (s), di antara jutaan buku di mana-mana, apakah yang terbaik untuk dibaca di dunia ini?  Dan sekarang mereka membuatnya lebih mudah bagi kalian, agar kalian dapat memilikinya di telepon selular, tablet atau apa pun, kalian dapat membacanya setiap saat dan kalian dapat menemukannya tetapi itu bukanlah yang terbaik yang dapat kalian baca! Yang terbaik yang dapat kalian baca adalah sesuatu yang seolah-olah kalian duduk di sebuah taman penuh bunga yang wangi semerbak, ketika kalian menciumnya kalian akan mensyukuri kehadiran kalian di dalam taman itu, sebagaimana Nabi (s) bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا مررتم برياض الجنة فارتع. قالو وما رياض الجنة؟ قال “حلق الذكر”
Ibn `Umar melaporkan bahwa Nabi (s) bersabda: “Ketika kalian melewati Taman-Taman Surga, maka singgahlah di sana.”  Para Sahabat bertanya, “Apakah Taman-Taman Surga itu wahai Rasulullah?”  Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah zikir.” (Tirmidzi)

Hilaq adz-Dzikr adalah seperti majelis ini, atau majelis-majelis di masjid.  Taman Surga ini tergantung pada apa yang kalian ajarkan dan pada tingkatan apa kalian mengangkat derajat mereka.  Tetap saja dari semua ini yang terbaik yang dapat kalian pelajari dari zikrullah atau dari ilmu ini adalah al-Qur’an Suci. Nabi (s) bersabda,
الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران
Orang yang pandai dalam membaca al-Qur’an akan bersama dengan para malaikat yang mulia, sedangkan orang yang membaca al-Qur’an dengan terbata-bata, dan menemukan kesulitan dalam membacanya, baginya ada dua pahala. (Muslim)
Al-maahiru bi ’l-Qur’ani ma`a ’s-safarati ’l-kiraam al-barara. Orang yang pandai membaca al-Qur’an, karena suara dan tajwidnya baik, ia juga menjaga ahkaam Qur’an Suci, ia akan membacanya bersama malaikat, malaikat akan bersama mereka.  Oleh sebab itu sekarang, sayangnya, ketika kalian bangun tidur, apa yang kalian lakukan?  Kalian minum kopi dan membaca koran, bukankah begitu?  Kebanyakan begitu, tetapi tidak setiap orang.  Di negeri-negeri Arab, atau Inggris, atau Cina atau Jepang, Perancis, Italia atau Meksiko.  Yang pertama dilakukan orang adalah yalhuuq, mereka mengganggu kalian dengan sampah berita-berita yang mereka masukkan ke dalam koran.  Jadi, apa yang kalian baca bukannya bersama malaikat, karena ketika kalian membaca al-Qur’an, kalian membaca Kalamullah.  Koran adalah kata-kata Setan.  Ketika kalian membaca al-Qur’an kalian membaca Kalamullah, dan ketika kalian membaca kitab-kitab ulama, itu adalah kata-kata ulama, walaupun mereka mengutip dari Qur’an dan Hadits; ya Qur’an adalah Kalamullah dan Hadits adalah kata-kata Nabi (s), tetapi penjelasan lainnya adalah kata-kata para ulama itu.
Ketika kalian membaca Qur’an Suci, tidak ada campuran apa-apa di sana, tidak seperti sup, itu adalah Kalamullah secara langsung.  Jadi orang-orang yang pandai itu membaca dan para malaikat juga membaca bersama mereka dengan cara yang sempurna.  Jadi apa yang dilakukan oleh orang yang tidak bisa membaca al-Qur’an?  Ada banyak mualaf dan juga banyak Muslim yang bahasa aslinya bukan bahasa Arab, apa yang akan mereka lakukan?  Apakah mereka akan disingkirkan dari pahala?  Tidak.  Yang Allah (swt) inginkan dari kalian adalah niatnya, tunjukkan niat kalian, dan itulah sebabnya Nabi (s) bersabda,
إنما الأعمال بالنيات
Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.  
Innama li kulli imrin ma nawaa, setiap amal yang ingin kalian lakukan dengan niat, para Awliya dapat mengangkat kalian lebih tinggi bahkan jika kalian tidak dapat melakukannya.  Misalnya, saya membaca al-Qur’an setiap pagi, tetapi sekarang ketika saya ingin membacanya, ada tamu yang datang, kemudian ketika saya mulai membaca Qur’an, tamu lainnya datang.  Setelah itu ketika saya ingin membacanya, telepon berdering.  Semua interupsi ini membuat kalian tidak bisa membaca, tetapi karena niat kalian adalah membaca al-Qur’an, maka dituliskan bagi kalian bahwa kalian telah membacanya.
Jadi orang yang tidak dapat membaca al-Qur’an karena ia tidak mengetahui bahasa Arab, niatnya adalah membaca al-Qur;an, melalui cintanya, Nabi (s) memberikan syafaat bagi umatnya dan apa yang dikatakan oleh Hadits?  “Orang yang pandai dalam membaca al-Qur’an akan membacanya bersama malaikat… dan mereka yang tidak mengetahui bagaimana membacanya dengan baik, wa yatat`at`a fi ’l-qur’an, mereka terbata-bata dalam membaca al-Qur’an sedemikian rupa sehingga orang yang mengerti bahasa Arab akan kesal mendengarnya, tetapi Allah tidak kesal, Nabi (s) tidak kesal, Awliya tidak kesal, dan Nabi (s) bersabda,  wa huwa `alayhi syaaq lahu ajraan. “Orang yang terbata-bata dalam membaca al-Qur’an Suci tetapi mempunyai niat yang kuat pada dirinya, ‘Aku harus membacanya meskipun aku melakukan kesalahan’, yatat`at`a [berjuang dalam mengeja], kalian akan mendapat dua pahala dan malaikat yang ditunjuk akan melipatgandakan pahala bagi kalian bila kalian membacanya seperti itu!   Itulah Hadits Nabi (s) dari Sahih Muslim.
Qaala `Ayesya radhiy-Allahu `anha qaala rasuulullah Al-maahiru bi ’l-Qur’an ka ’s-safarati ’l-kiraam al-barara, orang yang mahir dalam membaca al-Qur’an, ia membacanya bersama malaikat dan orang yang terbata-bata dalam membacanya akan mendapat pahala ganda, dengan malaikat yang dua kali lipat.
Jadi Awliyaullah membawa kalian dengan usaha yang kecil.  Saya melakukan serangkaian uji lab dan salah satu uji itu bernilai 425 dolar dan perawatnya berkata, “Dapatkah Anda mengubah kodenya [tagihan asuransi]?  Itu adalah uji yang sama, tetapi dengan kode itu Anda membayar 400 dolar, sedangkan dengan kode ini Anda membayar 100 dolar.”   Awliyaullah mempunyai sebuah kode untuk mengangkat kalian lebih tinggi dan tinggi lagi, Allah memberikannya kepada mereka karena mereka membawa para pengikut mereka ke Samudra Makrifat bersama mereka, seperti seorang jenderal di angkatan bersenjata, ia tidak meninggalkan tentaranya ke tangan musuh, ia akan kembali untuk membebaskan mereka.  Jadi kode-kode ini adalah perlu sebagaimana menurut Hadits, innama ’l-`amaalu bi ’n-niyyaat, itu adalah sebuah kode di mana jika niatnya adalah untuk hijrah menuju Allah dan Nabi-Nya, niatnya untuk hijrah dari dunia dan menghadap Allah dan Nabi-Nya, ia akan diberi ganjaran seolah-olah ia telah melakukannya, bahkan jika ia tidak melakukannya, dan Nabi (s) akan memberi ganjaran padanya, awliyaullah akan membawa tangannya karena mereka adalah para pengikutnya, membawa mereka menuju marifa`ahtullah melalui kalbu mereka.  Jangan berpikir bahwa Syekh kalian tidak membantu kalian melalui kalbu kalian!  Tidak, ada Syekh-Syekh sejati, dunia ini penuh dengan mereka, penuh dengan Awliyaullah, ada 124.000 Awliya untuk mengangkat umat lebih tinggi dan tinggi lagi dengan dukungan Nabi (s).
Jadi ketika beliau mengatakan, `Uluum al-Awwaliin wa ‘l-Aakhiriin, kepada saya ketika saya menyerahkan amanat itu, beliau begitu gembira karena beliau ingin memberi kalian sesuatu atas apa yang kalian berikan untuk membuatnya gembira, itu adalah sebuah hadiah kecil, bukan sampai ke level Grandsyekh, tetapi pada saat itu saya merasakan bahwa inaayatullah, dan rahmatullah turun pada saat itu ketika beliau mengucapkannya, dan beliau membawa saya bersamanya Kekuatan inaayatullah dan rahmatullah itu dan beliau berdoa, “ Ya Rabbii `Uluum al-Awwaliin wa ‘l-Aakhiriin fii kulli lahzha, pada setiap saat,” dengan niat itu beliau ingin agar saya dapat “merasakan `Uluum al-Awwaliin wa ‘l-Aakhiriin dalam setiap saat kehidupannya,” dan itu adalah sebuah ganjaran dari Awliyaullah!  Hitunglah sekarang berapa banyak ganjaran yang mereka berikan kepada kalian sepanjang hidup mereka?  Bukan hanya dalam kehidupan mereka, tetapi bahkan lebih banyak lagi di Akhirat karena mereka lebih bebas di sana, sebagaimana Nabi (s) menyebutkan,
القبر إما روضة من رياض الجنة ، أو حفرة من حفر النار
Kubur itu dapat berupa sebuah taman dari Taman-Taman Surga atau sebuah jurang dari Jurang-Jurang Neraka. (Tirmidzi)
Mengenai kehidupan di alam kubur, setiap kubur itu dapat berupa bagian dari Surga atau bagian dari Neraka.  Bila ia merupakan bagian dari Surga, kalian akan bebas, kalian dapat pergi ke mana-mana, kalian tidak akan dibelenggu, sebagaimana Nabi (s) menyebutkan di dalam banyak Hadits.  Jadi, ketika Syekh mampu melakukannya, karena Allah memberikan kekuatan itu, beliau akan membaginya kepada para pengikutnya dulu baru kemudian kepada umat.  Semoga Allah memberkati kita dengan berkah Qur’an Suci dan memberkati kita dengan berkah dari para masyaaykh ini yang nilainya tidak kita ketahui hingga mereka meninggalkan kita, terutama ketika seseorang adalah seorang kepala suku dan di zaman Nabi (s) semua orang adalah bagian dari suku-suku tertentu.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
Wahai manusia!  Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan Kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu bisa saling mengenal satu sama lain. (Surat al-Hujuraat, 49:13)
Biasanya mereka mempunyai suku yang besar, 10,000, 20,000, 100,000 dan seterusnya, bukankah begitu?  Ketika sang amiir dari suku itu wafat, apa yang terjadi?  Terjadi kebingungan, kalian tidak dapat mengendalikannya lagi.  Itu seperti tasbih (rangkaian biji tasbih), ini dari Mawlana Syekh Nazim, itu seperti tasbih, qata` as-silka, dengan tali yang putus, apa yang terjadi?  Biji-bji tasbih ini akan jatuh berhamburan.  Jadi, pastikan untuk berdoa agar para Awliyaullah mempunyai umur panjang, karena jika sesuatu terjadi pada mereka, talinya akan putus, sehingga seluruh kelompok akan bercerai-berai.  Kita tidak mengetahui nilai mereka hingga wafatnya mereka, saat itu kalian melihat begitu banyak kebingungan dan sekarang kita lihat kebingungan di antara umat tanpa persatuan.
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً
Jika Allah berkehendak, Dia akan membuat manusia sebagai satu bangsa. (Surat al-Hud, 11:118)
Orang-orang berkata, “Mari kita bersatu.”  Bagaimana bisa bersatu?  Pada ayat lainnya Allah berfirman, “Jika Allah berkehendak, Dia akan menjadikan kalian sebagai satu bangsa, satu suku, kalian tidak akan berselisih.”  Dia ingin agar kalian berselisih dan memiliki salah paham dan bersaing dalam hal siapa yang lebih banyak beribadah, berlomba-lomba dalam beribadah.  Allah membuat kita syu`uban wa qabaail agar kita saling mengenal satu sama lain.  Allah Maha Mengetahui.  Dia tidak mengatakan, “bersatu”, karena tidak ada orang yang mau bersatu, tetapi kelompok-kelompok akan bersatu, dan kita harus mengetahui bahwa membangun jembatan adalah penting, tetapi bersatu dulu di dalam rumah yang sama.  Apa gunanya membangun jembatan di luar ketika di dalam rumah berantakan?  Tanyalah pada orang di sampingmu. Benar?  Itulah masalahnya.  
Semoga Allah (swt) membimbing kita untuk menyebutkan–itulah sebabnya mengapa Awliya mengatakan untuk membaca Silsilah paling tidak sekali sehari dan Grandsyekh, semoga Allah memberkati ruhnya, saya ingat ketika Mawlana Syekh Nazim (q) sendiri menuliskan Silsilah dalam bahasa Arab, itu adalah… Saya ingin agar setiap orang mempunyai salinannya, insyaa-Allah minggu depan kita akan buatkan salinannya dengan gelar dari setiap wali dalam Silsilah Naqsybandi, beliau menuliskan dengan gelar mereka dan beliau mendiktekan kepada kami dan kami menulisnya.  Jadi insyaa-Allah minggu depan kalian akan mengkopinya dan kalian dapat memindainya sehingga setiap orang dapat memilikinya.  Itu bukanlah sesuatu yang sudah dimiliki banyak orang, itu adalah sesuatu yang tidak pernah orang lihat sebelumnya.  Saya pikir engkau sudah membacanya, bagus sekali. Insyaa-Allah kita akan menyebarkannya kepada setiap orang paling tidak untuk dihafal dan dibaca, jika engkau menerjemahkannya, maka setiap orang dapat mengerti apa saja gelar mereka.
Semoga Allah memberkati ruh para syuyukh kita dan menjadikan kita senantiasa  bersatu di seluruh dunia di bawah Thariqah an-Naqsybandiyya al-Nazimiyya al-`Aliyyah atau Thariqah an-Naqsybandiyya al-Nazimiyya al-`Aliyyah, al-Haqqaniyya, apa pun yang mereka inginkan, apa pun itu, itu tidak akan mengubah apa-apa, tidak mengubah awraad, tetapi hanya menambahkan satu nama, yaitu nama Mawlana Syekh Nazim.  Tidak apa-apa, semoga Allah memberkahi setiap orang dan semoga Allah mendukung setiap orang.
Bi hurmati ‘l-habiib, bi hurmati ‘l-Fatihah.

© Copyright 2015 Sufilive. All rights reserved. This transcript is protected
by international copyright law. Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu khayr.

Penjelasan Khatm al-Khwajagan

[Syekh Hisyam memulai Khatm dan memberi penjelasan surgawi dari masing-masing bagian secara mendetail.]
A`uudzu billahi min asy-Syaythani ‘r-rajiim. Bismillahi ‘r-Rahmani ‘r-Rahiim. Allaahumma shalli wa sallim wa baarik `alaa Sayyidina Muhammad (s).
Nawaytu ‘l-arba`iin, nawaytu ‘l-`itikaaf, nawaytu ‘l-khalwah, nawaytu ‘l-`uzlah, nawaytu ‘r-riyaadha, nawaytu ‘s-saluuk, lillahi ta`ala fii hadza ‘l-masjid.
  1. Asy-hadu an laa ilaaha illa-Llaah wa asy-hadu anna Muhammadan `abduhu wa rasuuluh. (3 kali)
Lihatlah–SubhaanAllah, permulaan dari Khatm seperti permulaan bagi setiap non-Muslim untuk memasuki Islam, yakni Syahaadah.  Khatm al-Khwajagan sebagaimana Sayyidina `Abdul-Khaliq al-Ghujudawani (q) mengatakan bahwa beliau menerima awrad itu secara langsung dari Sayyidina Muhammad (s)– ia mempunyai tiga kali Syahaadah ini (di awal) untuk bersaksi dan menyaksikan diri kalian sendiri, “Wahai diriku!  Ke mana pun engkau pergi, kau akan berakhir di satu tempat, kau akan berakhir dalam Syahaadah.”  Ketika kalian melakukan Syahaadah, kalian berada di Tangan Allah, kalian berada di Hadirat Ilahi:
يد الله مع الجماعة
Tangan Allah bersama jemaah.
“Tangan Allah bersama jemaah, bersama kelompok.”  Mana yang dimaksud ‘kelompok’ di sini?  Yadullahi ma`a al-jama`ah–ketika kita mengucapkan, Asy-yadu an laa ilaaha illa-Llaah kita menyaksikan bahwa Allah adalah Sang Pencipta dan Tangan Allah akan datang pada kita, karena yadullahi ma`a al-jama`ah, ‘jama`ah’ di sini adalah dalam penafsiran, bukan dalam arti harfiah, dalam arti harfiah, itu artinya “sekelompok orang” — jadi Tangan Allah ada ‘di atas’ sekelompok orang dan kita sebagai individu, ditafsirkan bahwa kita adalah sekelompok organ tubuh, kita adalah suatu kelompok yang menyelaraskan segala sesuatu bersama-sama, seperti sekelompok insinyur dan doktor jenius, mereka bersama-sama meletakkan suara ini, pekerjaan ini, ibadah ini dari setiap organ untuk menyelaraskan tubuh kalian, dan ketika kalian mengucapkan, “Asy-hadu an laa ilaaha illa-Llaah” seluruh tubuh kalian, seluruh sistem kalian menyingkirkan racun dan mendapatkan Keindahan Allah dan Ampunan Allah, jadi marilah kita ucapkan lagi, “Asy-hadu an laa ilaaha illa-Llaah wa asy-hadu anna Muhammadan `abduhu wa rasuuluh.”
Ruh itu, Ruuh asy-Syahaadah, ruh atau rahasia dari mengucapkan Syahaadah, kekuatan, qudrah, ketika kalian mengucapkan Asy-hadu an laa ilaaha illa-Llaah, Allah senang!  Kekuatan, qudrah seperti apa yang akan dibusanai Allah kepada kalian?  Dia akan membusanai kalian pada saat ini, mengampuni kalian dari segala dosa yang telah kalian lakukan sebelumnya dan membusanai kalian dengan busana yang tidak membiarkan pasukan Iblis menyerang kalian, jadi marilah kita ucapkan lagi, “Asy-hadu an laa ilaaha illa-Llaah wa asy-hadu anna Muhammadan `abduhu wa rasuuluh.”
  1. Istaghfirullah, istaghfirullah, istaghfirullah… (25 kali)
Syekh membaca doa, “Allahumma Yaa Musabbib al-Asbab, Yaa Mufattih al-Abwaab, Yaa Muqallib al-quluubi wa ’l-abshaar, Yaa Daliil al-mutahayyiriin, Yaa Ghiyats al-mustaghiitsiin, Yaa Hayyu, Yaa Qayyum, Yaa Dzu ’l-Jalaali wa ‘l-Ikraam! Wa ufawwidhu amri ‘l-Llah, innAllaha bashiirun bi ‘l-`ibaad.”
Rabitatu usy-syariif: pertautkan kalbu kalian dengan kalbu syekh, dan dari beliau kepada kalbu Nabi (s), Nabi (s) akan menghubungkan kalian dengan Hadratillah.

Fatihah 7 kali
[Mawlana menghentikan zikir.]
Di sini kita mengucapkan, “Astaghfirullah al-`Azhiim”.  Ketika kalian memutuskan untuk masuk Islam, kalian mandi dan dengan masuk Islam dan mengucapkan Syahaadah kalian menyirami diri kalian dengan Maqaam at-Tawhiid, kalian memohon agar Allah (swt) membusanai kalian untuk menjadi seorang muwahid (orang yang mengesakan Allah), menjadi hamba yang baik, menjadi seorang yang setiap saat mengucapkan, Asy-hadu an laa ilaaha illa-Llaah wa asy-hadu anna Muhammadan rasuulullah”, kalian mempersiapkan diri kalian untuk memasuki Hadirat Ilahiah itu dan Allah menyambut kalian, tetapi kalian mempunyai dosa dan Allah (swt) ingin kalian beristighfar untuk memastikan bahwa setiap dosa akan terlepas dari kalian tanpa tersisa.
Itulah sebabnya sebagaimana disebutkan dalam banyak kisah bahwa ruh atau rahasia kekuatan Khatm al-Khawajagan diberikan kepada Khawaja `Abdul-Khaliq al-Ghujdawani (q) oleh Nabi (s) dalam sebuah ru’yah, penglihatan spiritual; beliau (s) membusanainya dengan kekuatan itu agar dapat pindah dari syaqaawa menjadi sa`ada, dari akhir yang buruk menjadi akhir yang baik.  Oleh sebab itu Allah (swt) mengubah semua pengikut yang berasal dari Tarekat Naqsybandi, Allah (swt) mengubah mereka semua dari syaqaawa menjadi sa`ada, dan itu juga untuk tarekat lainnya.  Setiap tarekat mempunyai mempunyai jalannya masing-masing.  Jadi setiap kali kita membaca istighfaar 25 kali, bahkan satu istighfaar pun membersihkan kita dan 25 istighfaar; jumlah yang muncul kepada Sayyidina `Abdul Khaliq al-Ghujdawani (q) sudah tentu membersihkan kita sepenuhnya.  Dan 25 adalah 2+5=7, berhubungan dengan 7 lathaa’if (pusat energi di dalam tubuh manusia).  
Semoga Allah (swt) memberkati kita dengan itu semua.  Ketika kalian telah diberkahi sekarang dan dosa-dosa kalian telah diampuni atas Perintah Allah, apa yang akan kalian rayakan?  Cinta kepada Sayyidina Muhammad (s), menyebutnya dengan membaca shalawaat asy-Syarifah 10 kali, “Allahumma shalli `alaa Muhammadin wa `alaa aali Muhammadin wa sallim.”  Ketika kita membaca istighfaar, Allah (swt), dengan Rahmat-Nya yang tak terbatas pada setiap Muslim dan Mukmin, ingin agar kita memasuki rahasia Al-Qur’an itu, karena itu adalah konstitusi Muslim dan kita harus mengikutinya,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
Tinggalkanlah apa yang dilarang oleh Nabi (s) dan terimalah apa yang beliau perintahkan.    (Surat al-Hasyr, 59:7)
Kalian harus percaya dengan apa yang Allah berikan kepada kalian [Nabi (s) membawa Al-Qur’an untuk kita] dan Qur’an adalah Kalamullah, jadi Allah ingin agar kalian masuk membaca al-Qur’an dengan membaca al-Fatihah terlebih dahulu, karena dikatakan bahwa,
al-fatihatu qalbu ’l-qur’an, Fatiha adalah qalb (jantungnya) Al-Qur’an.
Sebagaimana Yasiin adalah qalbu ’l-qur’an dan Fatihah qalbu ’l-Yasiin dan Fatihah adalah rahasia di mana seluruh makna dari al-Qur’an masuk ke dalam Fatihah dan itulah sebabnya mereka meminta kita sebelum shalawaat, untuk membaca Fatihah tujuh kali.
Bismillahi ‘r-Rahmani ‘r-Rahiim. (al-Fatihah).
  1. Allahumma salli `alaa Muhammadin wa `alaa aali Muhammadin wa sallim…
Ketika kita membaca shalawaat setelah membaca Surat al-Fatihah, Allah (swt) memanggil hamba-Nya, Sayyidina Muhammad (s) dengan mengatakan, “Kami telah–Alam nashrah laka shadrak–melapangkan dadamu agar engkau bahagia, bahagia dengan umatmu, bahagia dengan dirimu untuk mereka semua, bahwa Kami telah membukakan rahasia Syahaadah; rahasia Tawhiid dan Kami telah menghilangkan dosa-dosa mereka, dan Kami menjadikan mereka bersih sepenuhnya dan beban mereka yang kau tanggung telah diampuni.”  Jadi itulah sebabnya kita membaca alam nasyrah laka shadrak, Surat al-Insyirah 7 kali.
Surat al-Insyirah 7 kali
Ikhlaash asy-Syarifa–sekarang kita masuk ke dalam Samudra Tawhiid, setelah mensucikan diri kita, setelah bershalawat atas Nabi (s), Nabi (s) bahagia dengan kita, Allah bahagia dengan kita; jalan terbuka bagi setiap dzaakir, bagi setiap orang yang berzikir, jalannya terbuka untuk memasuki Maqaam al-Ikhlaash membaca Qul hu Allah Ahad.
Surat al-Ikhlaash 11 kali
Fatihah 7 kali
Shalawaat 10 kali
Kita akhiri dengan shalawaat atas Nabi (s) sebagaimana syuyuukh kita, mereka mengatakan, “Setiap amal yang kalian lakukan, bungkuslah dengan shalawaat atas Nabi (s),” dan tidak seorang pun dapat mendekatinya, Iblis dan pasukannya tidak dapat mendekatinya, orang yang jahat tidak dapat mendekatinya, amal itu aman bagi kalian hingga Hari Kiamat dan itu akan dikelilingi oleh malaikat dan lingkaran-lingkaran malaikat itu berada di sekeliling kita sampai ke Langit.
Sekarang pembacaan al-Qur’an.
Atas perintah Syekh, seseorang akan membaca al-Qur’an.
Kemudian Ihda, Syekh mempersembahkan bacaan tadi sebagai hadiah kepada Nabi (s) dan kepada para syekh di Tarekat Naqsybandi dan tarekat-tarekat lainnya.
Itulah  Dzikir Naqsybandi Shagir (kecil), zikir itu berakhir di sini.  (Zikir) satunya lagi menggunakan batu.

Dzikir Jahar/zikir dengan suara dikeraskan
F`alam annahu Laa ilaha il-Laah
Apa yang kita lakukan sekarang, dzikir jahar adalah tashabuhun bi thuruq ukhraa, kita ingin berbagi dengan tarekat lainnya, zikir mereka, jadi kita mencoba melakukan zikrullah dengan suara keras–meniru mereka, mereka lebih banyak melakukannya–untuk memastikan bahwa kita bersatu dalam berbagai hal dan untuk menunjukkan persatuan di antara tarekat Sufi yang berbeda.  Zikir dengan suara dikeraskan (jahar) biasanya bukan untuk para pengikut Naqsybandi; mereka melakukannya dalam hati (khafi), tetapi Mawlana Syekh (q) mendapati bahwa hal itu perlu di zaman sekarang, karena begitu banyak orang yang masuk Islam dan juga Muslim yang tidak melaksanakan praktik-praktik di dalam Islam, agar mereka melakukannya dan bersama-sama melakukan zikrullah ini dengan menyebut Asmaul Husna wal Sifat.
Setiap Nama dan Sifat Allah mempunyai rasa manisnya masing-masing.  Setiap Nama mempunyai makna dan itu seperti mata air makna yang tidak pernah berakhir.  Kalian juga bisa pergi ke perpustakaan yang saya miliki di bawah, di dalam rumah dan melihat ribuan buku; dan itu yang tidak pernah berakhir, buku-buku baru berdatangan sepanjang masa mengenai keindahan Asmaul Husna wal Sifat!  Itulah sebabnya `alaa bi dzikrullah tathma’in al-quluub.
Allah
HasbunAllah wa ni`ama ’l-wakiil.

Ketika kalian pulang, kalian membawa buku-buku kalian, setiap orang membawa bukunya, setiap murid membawa catatan [amalnya] pada akhir setiap hari, ini adalah buku kita untuk Akhirat dan segala yang kita lakukan ada di dalam buku kita untuk Akhirat.  Kita akan mempunyai banyak buku untuk dibawa ke Akhirat, insyaa-Allah kita mempunyai banyak buku yang baik dan meninggalkan buku-buku yang buruk di dunia, dan Allah akan mengampuni kita.  
Hari ini, lihatlah Khatm al-Khwajagan ini adalah mesin utama di Bahr al-Qudrah, zikrullah, yang saya maksud, Khawjaagan adalah zikrullah, dan itu adalah sebuah mesin di Bahrul Qudrah dan kita semua berputar dan memperoleh kekuatan darinya.  
Jika kalian ghaniyy, kaya, kalian pasti kaya dari amal-amal yang diterima oleh Allah (swt), kalau tidak maka kalian miskin.  Hari ini salah satu dari orang yang terkaya di dunia–ayahnya kehilangannya [Syekh Mohammad bin Rashid Al-Maktoum, penguasa di Dubai] pada usia 33 tahun.  Apa yang ia bawa bersamanya?  Ia tidak dapat membawa gedung-gedung bersamanya, ia tidak dapat membawa apa-apa dari dunia ini.  Ia hanya membawa amalnya!  Kita memohon kepada Allah (swt) agar tidak menghakimi kita dengan amal kita karena kita tidak tahu [apa yang akan terjadi] sebagaimana Nabi (s) bersabda,
من حوسب عذب
(Yaa `Aisya!)  Barang siapa yang akan dihisab, ia pasti akan diazab. (Bukhari)
“Barang siapa yang akan dihisab, niscaya ia akan diazab.” Semoga Allah tidak mengazab kita dan semoga Allah membusanai kita dengan busana surgawi yang tak berakhir, insyaaAllah.

Syekh Hisyam Kabbani,
Zawiyah Fenton, Michigan; 19 September 2015


© Copyright 2015 Sufilive. All rights reserved. This transcript is protected
by international copyright law. Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu khayr.

Syekh Abu Ahmad as-Sughuri (q)

Semoga Allah Mensucikan Ruhnya


“Sang ‘Pedang Agama’ adalah ia yang memasuki pertempuran demi agama dan yang seluruh upayanya adalah untuk Allah.  Ia pisahkan yang benar dari yang tidak benar, dan kebenaran dari kebatilan.  Namun terlebih dahulu ia memerangi dirinya sendiri dan ia bersihkan akhlaknya sendiri.  Sebagaimana Nabi (s) bersabda, ‘Mulailah dari dirimu sendiri!’”

Rumi, Fihi ma fihi.


Ia adalah Pewaris Ilmu dari Nabi (s) di zamannya, seorang Imam para Kutub, dan seorang Penasihat dari Kesultanan al-Irsyad.  Ia memuaskan dahaga spiritualnya denga meminum dari sumber Ilmu Surgawi dan ia mencapai Maqamul Fana pada usia tiga puluh tahun.  Ia adalah puncak bagi para Awliya yang zuhud.  Kerajaan Langit menyebutnya sebagai Khalifahnya di bumi.  Di dalam dirinya berpadu kedua macam ilmu dan ia memperoleh dan menguasai semua manfaat dari Tarekat dan Hakikat.  Ia menjadi pusat dari semua Ilham Ilahiah.  Ia adalah Rahasia dan Rahasia Allah dan Keajaiban dari Keajaiban Allah.  Ia adalah Panji-Panji yang unik dari Ilmu Spiritualitas dan Ilmu Kalam.  Ia bagaikan Bintang Kutub yang memberi arah dan menerangi jalan bagi orang-orang di zamannya.  Ia membangkitkan kalbu-kalbu yang mati dan ia mengenakan jubah dari wali-wali besar.  Ia tidak meninggalkan satu atom pun di dunia ini tanpa mendapat dukungan dari kekuatan spiritualnya.

Ia dilahirkan di Sughur, sebuah desa di Daghestan pada hari Rabu, tanggal 3 Rajab 1207 H./1789 M.

Ia berdiri di singgasana Kutub selama empat puluh tahun.  Ketenarannya tersebar ke mana-mana.  Ia melatih murid-muridnya dan mengangkat mereka melalui kekuatan spiritualnya.  Jika seseorang muncul di dalam hadiratnya, bahkan selama satu jam, ia akan diangkat ke Maqam Pendengaran dan Maqam Penglihatan.  Ia berkata, “Aku tidak bergantung pada upaya murid, tetapi aku bergantung kepada cahaya yang Allah berikan kepadaku untuk murid itu.  Aku mengangkatnya melalui cahaya itu, karena aku tahu bahwa tidak mungkin bagi seseorang mencapai Maqam Tak Terhijab hanya dengan upayanya saja.  Itulah makna dari doa Nabi (s), ‘Ya Allah, janganlah Engkau tinggalkan aku pada egoku walau hanya sekejap mata.’”

Berikut ini adalah di antara perkataannya:
“Allah telah menyediakan rezeki bagi setiap hamba-Nya.  Barang siapa yang tidak mengetahui pengetahuan mengenai rezeki harian yang telah Allah berikan kepadanya, ia akan dianggap bodoh di dalam tarekat kita.”
 
“Orang-orang yang mencapai Hakikat dari tarekat ini sangat jarang.  Dengan kekuatan dari Hakikat itu, seseorang dapat menjangkau seluruh wali di dunia ini, dan dengan Kekuatan Ilahiah yang diberikan ketika kalian mencapai Hakikat dari tarekat ini, kalian dapat menjangkau seluruh malaikat, satu per satu.”

“Cahaya spiritual yang Allah berikan kepadamu dalam perjalananmu di Tarekat ini adalah Mercu Suar yang menerangi Jalan menuju Hadirat Ilahiah-Nya tanpa takut.”

“Di dalam tarekat ini, memuliakan selain Allah adalah suatu kekufuran.”

Abu Ahmad as-Sughuri (q) menghabiskan sepanjang hidupnya dalam keadaan khalwat.  Ia menyukai khalwat, ia senang mengasingkan diri dari orang-orang.  Oleh sebab itu ia lumayan senang ketika Rusia menjadikannya sebagai tahanan rumah selama beberapa kali.

“Suatu hari ketika aku sedang berkhalwat dan ruangan itu dipenuhi dengan wangi semerbak.  Aku tidak mengangkat pandanganku, tetapi tetap bertafakur dalam khalwatku.  Lalu sebuah pedang spiritual yang bersinar dengan cahaya yang lebih terang daripada matahari turun ke arah kepalaku.  Aku bertanya-tanya apakah yang kurasakan turun melalui kepalaku.  Suatu penglihatan muncul di hadapanku, di mana Nabi (s) membungkusku dengan ruhnya, dan aku masuk ke dalam dirinya dan aku melihat diriku di dalamnya.”  

“Suatu ketika aku memasuki hadirat Syekhkhu, Sayyidina Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni (q).  Ia berkata, ‘Wahai anakku, kau telah mencapai maqam tertinggi dari Kesempurnaan Muhammad.’  Aku berkata, ‘Wahai Syekhku, aku ingin mencapai silsilah dari maqam engkau.’  Segera setelah aku mengatakannya, aku melihatnya menghilang dari tempatnya dan muncul di dalam diriku, dan aku melihat diriku lenyap dan mencul di tempatnya lengkap dengan wujudnya.”  


Dari Kekuatan Keramatnya
Ia dikaruniai keramat yang belum pernah diberikan kepada Awliya lainnya, berupa tersingkapnya hal-hal yang gaib di alam semesta ini, dan Ilmu Laduni mengenai keadaan-keadaan orang setelah mereka meninggal dunia, begitu luasnya hingga tidak ada buku yang dapat mencakup seluruh gambarannya.

Dikatakan bahwa ketika ia masih muda, ia biasa melihat Asma Allah tertulis dalam cahaya antara langit dan bumi.  Hal itu membuatnya menjadi orang yang sederhana dan tawaduk.  Tidak ada yang mampu mengambil fotonya.  Ketika ada orang yang mencobanya, kameranya akan menjadi rusak.  Setiap kali ada orang yang mencoba menggambarkannya pada sehelai kertas, penanya tidak mau menulis, atau keesokan harinya gambarnya akan hilang.  Ia berkata, “Aku tidak ingin dikenal di dunia ini sepeninggalku karena aku tidak menginginkan suatu eksistensi apapun untuk diriku.”  

Ia sering melakukan Salat Fajar dengan wudu yang sama dengan Salat Isya, menandakan bahwa ia tidak tidur.  

Suatu hari ketika ia sedang bepergian bersama keluarganya, orang-orang mendapati mereka dalam keadaan tidak mempunyai air di gurun dalam perjalanan ke Hijaz.  Keluarganya sangat kehausan.  Ia berkata kepada pelayannya, “Pergilah, carikan air.”  Ia berkata, “Wahai Syekhku, bagaimana aku akan menemukan air di gurun seperti ini?” Ia bertanya kepada orang-orang dalam kafilah mereka apakah ada di antara mereka yang mempunyai air.  Tetapi tidak ada yang mempunyai air dan semua kantong air pun sudah kering.  Syekh lalu mengambil sebuah kantong air yang kosong dan pergi ke gurun selama sepuluh menit.  Ketika ia kembali kantong itu sudah penuh dan dengan air itu ia membuat keluarganya dan juga orang-orang dalam kafilahnya menjadi terpuaskan dahaganya.  Ia lalu memenuhi kantong-kantong air yang kosong dengan air dari satu kantong yang dibawanya itu, dan kemudian kembali kepada keluarganya dengan kantong air yang masih penuh, seolah-olah tidak pernah digunakan.


Dari Kata-Katanya
Ia mengatakan,
“Aku mencapai tiga level kewalian: Fana’, Baqa’, dan Makrifat.  Aku menerimanya dari hadirat Cahaya Nabi, Sayyidina Muhammad (s), dan aku menerima Tiga Maqamul Ihsan dan Tujuh Hakikat dari guruku, Sayyidina Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni (q).

“Kebanggaan tidak akan masuk ke dalam diri seseorang melainkan akalnya akan turun hingga ke derajat di mana kebanggaan itu meningkat di dalam kalbu.”  

“Kesulitan boleh jadi menyentuh seorang Mukmin, tetapi kesulitan tidak akan mempengaruhi orang yang melakukan zikir.”


Jihadnya
Ia adalah orang yang menghidupkan Syariah dan Tarekat di zamannya dan ia menarik ribuan orang kembali kepada Islam dan Tarekat Naqsybandi.

Di Daghestan ia dianggap sebagai seorang Syekh spiritual yang membawa ajaran Tarekat Naqsybandi, dan sekaligus juga sebagai seorang kesatria, seperti Imam Syamil, lantaran ia berperang melawan Rusia.  Ia adalah mufti utama setelah wafatnya Sayyid Jamaluddin (q).  Tentara Rusia seringkali menahannya.  Suatu saat ketika mereka menahannya, mereka ingin membawanya dengan sebuah kereta kuda.  Semua orang di desanya datang untuk menyampaikan salam perpisahan.  Mereka menangis seolah-olah mereka kehilangan jantung mereka.  Ia duduk di dalam kereta kuda dengan tenang dan mencari seseorang di antara keramaian itu.  Kusir kereta memecut kuda-kudanya agar mereka berjalan, tetapi mereka tidak mau bergerak.  Sayyidina Abu Ahmad as-Sughuri (q) berkata, “Mengapa engkau memecut kuda-kuda itu?”  Ia berkata, “Aku melakukannya agar kuda-kuda itu mau bergerak.”  Syekh berkata, “Mereka tidak akan bergerak sampai aku memerintahkan mereka untuk bergerak.  Mereka berada di bawah perintahku.  Dan aku sedang menunggu seseorang.”

Mereka duduk seperti itu selama beberapa jam, sampai akhirnya ada seseorang yang datang dengan berlari di antara kerumunan orang.  Ia adalah seorang tentara Rusia. Sayyidina Abu Ahmad (q) bertanya kepadanya, “Bukankah engkau putra temanku Ahmad?  Mengapa kau bergabung dengan tentara Rusia?  Kau adalah seorang Daghestani.  Kau tidak boleh bergabung bersama tentara sementara mereka membunuh orang-orang Muslim.”  Lalu ia berkata kepadanya, “Kau harus meninggalkan mereka dan mendengarkan kami.”  Orang itu berkata, “Ya, wahai Syekhku, aku akan mendengarmu.”  Syekh berkata, “Tentu saja kau akan mendengarkan kami, karena bahkan binatang-binatang liar di hutan pun mendengarkan kami ketika kami pergi ke sana untuk berzikir.  Bahkan kuda-kuda ini mendengarkan kami dan mereka tidak akan bergerak kecuali atas perintah kami.  Ayahmu adalah seorang Syekh besar dan aku katakan bahwa engkau harus meninggalkan mereka.  Kau akan menjadi seorang wali.  Wahai anakku, jangan tinggalkan orang-orang dengan ilmu eksoterik dan jangan tinggalkan orang-orang dengan ilmu esoterik/tersembunyi.  Lihatlah makam itu, dan jangan lupa bahwa pada suatu hari kau dan aku akan dimakamkan di sana.”  Dengan segera pemuda itu melepaskan seragamnya dan mengambil bay’at dari Syekh.  Tentara Rusia juga menjadikannya tawanan.  Kemudian Sayyidina Abu Ahmad as-Sughuri (q) berkata, “Sekarang kau mempunyai izin untuk berjalan,” dan kuda-kuda itu mulai berjalan.

Allah dan Nabi (s) mencintainya atas keikhlasan dan kesetiaannya.  Syekhnya rida dengannya, dan penduduk desa menghargainya.  Setiap kali ia dibebaskan dari penjara, rumahnya akan dipenuhi tamu-tamu dan berbagai sajian.

Mereka bertanya kepadanya, “Kau tidak bekerja, Rusia memerangimu dan kau berjuang melawannya, bagaimana rumahmu selalu penuh dengan berbagai rezeki?  Ia berkata, “Setiap orang yang berjuang di Jalan Allah, Allah akan memberi rezeki untuknya.  Dan itu adalah apa yang dikatakan oleh Allah di dalam Qur’an, “Setiap kali Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia mendapati makanan di sisinya.” [3:37].


Wafatnya
Sayyidina Abu Ahmad as-Sughuri (q) wafat di Sughur pada tanggal 17 Rabi'ul-Awwal tahun 1299 H./1882 M. dalam usia 93 tahun.

Bertahun-tahun setelah wafatnya, putrinya melihatnya di dalam mimpi.  Ia berkata, “Wahai putriku, batu di makamku telah jatuh menimpa dadaku.  Batu itu menekan dadaku dan membuatku sakit.”  Keesokan harinya putrinya pergi menemui para Syekh di kota itu dan menceritakan mimpinya.  Ia juga menceritakan mimpinya kepada setiap orang yang ditemuinya.  Orang-orang percaya bahwa mimpi itu benar dan mereka segera membuka makamnya.  Mereka mendapati bahwa batu yang menutupi jasadnya telah jatuh dan dinding makamnya telah runtuh di sekelilingnya.  Mereka juga mendapati jasadnya masih utuh, bersih dan tidak berubah.  Kain kafannya masih putih seolah-olah ia baru dimakamkan pada hari itu.

Mereka memindahkan jasadnya, menggali ulang makamnya dan kemudian menempatkan jasadnya kembali.  Setiap orang terheran-heran bagaimana ia muncul dalam mimpi putrinya dan mengatakan tentang situasi di makamnya.  Yang lebih mengejutkan adalah kondisi jasadnya yang masih sempurna.  Setelah melihat hal ini, mereka semua mengambil bay’at melalui penerusnya, Sayyidina Abu Muhammad al-Madani (q).

Sayyidina Abu Ahmad as-Sughuri (q) mempunyai dua orang khalifah, yaitu: Abu Muhammad al-Madani (q) dan Syekh Syarafuddin ad-Daghestani (q).  Rahasia dari Silisah Emas Tarekat Naqsybandi diteruskan kepada khalifah pertamanya dan kemudian kepada khalifah keduanya.

http://www.naqshbandi.org/golden-chain/the-chain/abu-ahmad-as-sughuri-qaddasa-l-lahu-sirrah/
http://naqsybandi.com/silsilah-emas/
https://docs.google.com/document/d/1D7SN1QVtvT5koV4kYe9uGNoeMgegwAV7dl_jqh11rA8/edit

Syekh Ismail asy-Syirwani

Semoga Allah Mensucikan Ruhnya

Ia adalah seorang Imam bagi Kekuatan Batin.  Ia adalah salah satu dari Master Sufisme.  Ia adalah Pemilik Singgasana Irsyad (Bimbingan), dan Fokus bagi Curahan Berkah Ilahi.  Ia adalah Menara bagi Rahasia Gaib dari Esensi Ilahiah.  Melalui dirinya manusia terbimbing menuju jalur Ilmu Surgawi dan melalui dirinya mereka menjadi terpandang.  Ia adalah mercusuar di zamannya.  Ia adalah Imam bagi orang-orang yang berilmu tinggi, orang-orang yang bermusyahadah.  Di zamannya ia adalah seorang Sufi di mana semua mata tertuju kepadanya.

Syekh Isma`il asy-Syirwani (q) adalah orang yang membawa Tarekat Naqsybandi ke Daghestan.  Ia adalah orang yang membangun jihad menentang penjajahan Rusia yang kejam dan yang menghidupkan agama Islam di negerinya setelah ia hampir di berantas.  

Ia dilahirkan pada hari Selasa, tanggal 7 Dzul-Qai`da 1201 H./1787 M. di desa Kurdemir, di Distrik Syirwan, Daghestan, di Kaukasia.  Ia mempunyai tubuh yang tinggi kekar dengan kulit yang putih.   Mata dan janggutnya hitam dan nada suaranya tinggi.

Ia mendapatkan pendidikannya di Dagestan melalui ayahnya yang merupakan salah seorang ulama terbesar di zamannya, yaitu asy-Syekh Anwar asy-Syirwani.  Beliau mendidik Isma`il muda dalam menghafal Qur’an, di mana Isma`il dapat menghafal seluruh juz pada usia tujuh tahun.  Kemudian ia mengisi waktunya dengan menghafal tujuh bacaan yang berbeda.  Pada usia sembilan tahun ia mulai mempelajari ilmu Fiqih dan Ilmu Hadits dari Syekh Abdur Rahman ad-Daghestani.  Pada usia muda, ia mampu memberi bukti-bukti dari Qur’an dan Hadits untuk hampir semua pertanyaan menyangkut Fiqih.  

Suatu hari ia terhantam oleh suatu pengarus Surgawi yang sangat kuat yang membuatnya kehilangan kesadaran sepenuhnya dan membawanya ke dalam Keadaan Merendahkan Diri.  Keadaan ini, di mana ia lenyap di dalam dirinya, mendorongnya untuk mencari Hakikat yang ia temui di dalam kalbunya.  Kemudian pada suatu hari, ia mendapatkan sebuah penglihatan, di mana sebuah suara berkata kepadanya, “Kau harus mengarahkan dirimu menuju ke Delhi, di mana kau akan belajar dari para ulama dan syekh di sana.  Semoga Allah memberi keberuntungan kepadamu untuk bertemu dengan penerus dari Syekh `Abdullah ad-Dahlawi.”

Penglihatan itu terus muncul kepadanya, hingga ia mencapai usia tujuh belas tahun.  Ia berkata kepada ayahnya, “Aku ingin pergi untuk menjadi salah seorang pengikut `Abdullah ad-Dahlawi.”  Ayahnya sangat takut untuk membiarkannya pergi ke negeri yang jauh seperti itu, tetapi akhirnya beliau menyerah dan merestuinya putranya untuk pergi.  Isma`il mulai melangkahkan kakinya menuju Delhi, berjalan siang dan malam tanpa sarana angkutan.  Ia menempuh perjalanan selama satu tahun untuk mencapai Sayyidina `Abdullah ad-Dahlawi (q) di Delhi.

Ia tinggal di Khaniqah Syekh dan belajar darinya.  Ia berkhidmah selama beberapa tahun.  Pada tahun 1224 H./1809 M. ia bertemu Mawlana Khalid (q) ketika beliau datang ke India untuk bertemu dengan Syekh `Abdullah ad-Dahlawi (q) dan untuk mengikuti tarekat melalui beliau.  Syekh Isma`il biasa mengamati perilaku Mawlana Khalid dan Syekh `Abdullah dengan seksama.  Ia sangat terkesan dengan perilaku dan ketulusan Mawlana Khalid ketika berkhidmah terhadap Syekh `Abdullah.  Suatu ketika Syekh `Abdullah memandang Sayyidina Isma`il dan berkata, “Rahasiamu ada pada Syekh Khalid.  Ketika ia kembali ke negerinya, kau akan mengikutinya.”

Ketika Mawlana Khalid kembali ke negerinya di Syam pada tahun 1225 H., Syekh Isma`il asy-Syirwani kembali ke Daghestan untuk berpamitan kepada orang tuanya.  Dalam perjalanan pulang ke Daghestan, ia berhenti di sebuah kota di mana ia melihat orang-orang sedang berdiri di tengah gurun, berdoa dengan mengangkat tangannya, memohon agar Allah menurunkan hujan.  Sepanjang tahun hujan tidak pernah turun.  Ketika mereka melihatnya dan terpancar kesalehan di wajahnya, mereka memohon padanya agar ia berdoa kepada Allah untuk menurunkan hujan bagi mereka.  Ia lalu mengangkat tangannya dan berdoa.  Awan mulai terkumpul dan angin mulai bertiup.  Hujan pun mulai turun dan terus berlangsung selama tujuh hari tanpa henti.

Ketika ia sampai di Daghestan, ia meminta izin pada orang tuanya untuk pindah ke Suriah (Syam asy-Syarif).  Namun demikian, ia tinggal dulu di Daghestan selama beberapa tahun dan ketika ia berada di sana, orang-orang berdatangan untuk belajar darinya.

Dari Kata-Katanya
Ia berkata,
“Jika seseorang mengabdikan dirinya kepada Allah (swt), manfaat pertama yang akan ia terima adalah bahwa ia tidak lagi memerlukan bantuan orang lain.”  

“Manisnya wangi para pecinta Tuhan akan muncul dan menyebar dari dirinya.  Bahkan jika mereka berusaha untuk menutupinya, mereka tidak akan mampu menutupnya, dari manapun mereka berasal dan ke manapun mereka pergi.”

“Barang siapa yang mendengar hikmah dan tidak menerapkannya, itu adalah suatu kemunafikan.”

“Berteman dengan orang-orang munafik adalah suatu penyakit dan obatnya adalah dengan meninggalkan mereka.”  

“Allah (swt) berfirman bahwa barang siapa yang sabar dengan Kami, ia akan mencapai Kami.”

“Allah memberi hamba-hamba-Nya dengan rasa manis dari zikirnya.  Jika ia bersyukur kepada Allah dan senang dengan hal itu, Dia akan memberikan Kedekatan terhadap-Nya.  Jika ia tidak bersyukur dan tidak senang dengannya, Dia akan mencabut rasa manis dari zikir itu dan meninggalkannya pada lidahnya saja.”

“Allah mengekspresikan Keakraban dengan hamba-hamba-Nya dengan jalan menunjukkan para Awliya-Nya kepada mereka.”

“Sufisme adalah Kemurnian, bukannya deskripsi.  Ia adalah Kebenaran tanpa akhir, seperti sungai mawar merah.”

Tasawwuf adalah berjalan dengan Rahasia-Rahasia Allah.”

“Barang siapa yang lebih memilih berteman dengan orang-orang kaya daripada dengan orang-orang miskin, Allah akan membuat kalbunya menjadi mati.”

“Bagi orang yang arif, ada waktu di mana ketika Cahaya Ilmu akan bersinar padanya.  Itu membuatnya melihat Keajaiban-Keajaiban dari Alam Gaib.”

“Siapapun yang mengaku bahwa ia mampu “Mendengar”, namun ia tidak dapat mendengar zikir burung-burung dan suara-suara kayu dan tiupan angin, maka ia adalah seorang pembohong.”

Ketika ditanya mengenai manusia, ia mengatakan, “Ada empat jenis manusia dan hantu.  Pada mereka Kehendak Allah mengalir seterusnya.”

Ia menghabiskan tahun-tahunnya di Daghestan.  Kemudian ia mendapatkan suatu penglihatan di mana Syekh `Abdullah ad-Dahlawi (q) memerintahkannya untuk pindah ke Syam dan tinggal di sana dan berkhidmah kepada Syekh Khalid al-Baghdadi (q).  Ia menempuh perjalanan ke Syam dengan berjalan kaki dari Daghestan ke Kuman, dari Kuman ke Azerbaijan dan ke Tiflis.  Dari sana ia melanjutkan perjalanannya menuju Tabriz, lalu Amad, Aleppo, Hama, dan Hom.  Akhirnya ia tiba di Damaskus, ibu kota Suriah, setelah menempuh perjalanan selama setahun.

Di Suriah ia segera menemui Syekhnya.  Dari Marja di pusat kota di mana ia telah tiba, tidak ada cara yang mudah untuk pergi ke gunung yang menghadap ke seluruh Damaskus, di mana Khaniqah Syekhnya berada.  Ia berjalan dari Marja ke gunung itu dalam dua jam, hingga akhirnya ia tiba di pintu Syekhnya.  Ketika ia masuk, Syekhnya telah menunggunya.  Beliau berkata, “Kami mendapat kabar mengenai kedatanganmu.  Selamat datang!”

Syekh Khalid (q) segera menempatkannya ke dalam khalwat yang panjang.  Di dalam khalwat itu beliau mengajari apa yang diperlukannya untuk mencapai kesempurnaan, kemudian beliau memberikan kekuatan dari tarekat ini.  Beliau memerintahkan seluruh pengikutnya untuk mendengarkannya.  

Beliau berkata,
“Ini adalah Khalifahku.  Ia bagaikan kubah masjid, kubah Masjid Nabawi.  Melalui dirinya, rahasia-rahasia tarekat ini akan mengalir kembali ke Daghestan.  Dari sana aku dapat melihat cahayanya terpancar hingga mencapai tujuh generasi Syekh.  Setiap orang dari ketujuh Syekh ini akan melambangkan kekuatan tertinggi dari Hadratillah.  Melalui mereka akan terdapat dukungan besar untuk menentang pasukan Jahiliah yang akan memenuhi wilayah Daghestan.”

“Di antara orang-orang Daghestan akan muncul seorang kesatria yang akan hidup di zaman tiga Syekh besar dari Tarekat ini dan ia akan mendapat dukungan mereka.  Ia akan memimpin pertempuran melawan pasukan Jahiliah ini.”  Kemudian beliau berkata kepada murid-muridnya, “Syekh Isma`il asy-Syirwani adalah yang terbaik di antara seluruh ulama di zamannya, dan aku membesarkannya untuk menjadi salah satu Wali yang sempurna.  Ia akan membimbing kalian dan membimbing semua orang setelahku.  Ia akan menjadi seorang Arif yang akan menyebarkan rahasia tarekat ini kembali di daerah Kaukasia.  Imam ini akan menjadi Yang Pertama yang duduk di Singgasanaku dan ia akan menjadi Pemegang perbendaharaan apapun yang kumiliki, untuk digunakan di Jalan Allah.  Dan tugasnya adalah untuk menjaga anak-anakku.”

Syekh Isma`il berkhidmah kepada Syekhnya dan terus menemaninya.  Ia melakukan perjalanan bersamanya dan tinggal bersamanya di rumahnya selama lima belas tahun.  Ia diberi Khilafah Mutlak dan ia diberi izin untuk membimbing murid-muridnya.  Ia mengarahkan orang-orang dengan ilmu terbaiknya hingga namanya menjadi termasyhur di seluruh Syam, Iraq, Persia, Armenia, Turki, dan sampai di tanah Daghestan.

Syekh Khalid menugaskannya untuk mengajar dan melatih orang-orang di Masjid Al-Addas di Damaskus.  Ia biasa menghitung dan mengevaluasi perbuatan dari setiap salik, satu per satu, dan mempersembahkannya kepada Syekhnya, Mawlana Khalid. Apapun pertanyaan yang ditanyakan oleh muridnya, ia akan membawanya kepada Syekh.  Kemudian Syekh akan memberi jawaban atau meminta Syekh Isma`il memberikan fatwanya.

Syekh Majid al-Khani melaporkan, “Syekh Ismail sering berkata kepada kami, ‘Aku adalah sebuah cermin pemoles.  Apapun yang telah diukirkan oleh Hazrat Mawlana Khalid pada diriku, aku pantulkan kepada kalian.’  Dan ia tidak pernah menunjukkan dirinya lebih tinggi daripada kami.”

Syekh Majid al-Khani berkata, “Ketika Syekh Khalid (q) wafat, Syekh Isma`il menangis.  Ia terguncang, namun demikian ia tetap tegar, bagaikan gunung yang kokoh.  Ia membuat semua pengikut Syekh untuk bersatu dan bersaksi bersama-sama bahwa mereka akan memegang teguh Tali Allah.  Ia memperbarui energi mereka dan mengambil kesedihan dari hati mereka.  Ia memberi penghormatan pada mereka dan ia memuji mereka dan memberkati mereka.  Ia mengajari mereka jalan peribadatan terbaik dan mempersiapkan diri mereka untuk menerima Ilmu Spiritual yang lebih tinggi.  Ia mengambil alih kontrol untuk membimbing para salik menggantikan Syekhnya dan ia tetap mempertahankan apa yang telah dilakukan oleh Syekhnya.  Ia berkata, ‘Tidakkah kalian tahu bahwa Hazrat Mawlana Khalid (q) adalah seorang Ahlillah dan orang-orang seperti itu tidak pernah mati.  Mereka bersama kita setiap saat dan setiap detik.”

Setelah beberapa waktu ia pergi menuju Daghestan dan sampai di sana dengan sangat cepat.  Di zawiyahnya di Daghestan ia bertemu dengan Syekh Khas Muhammad.  Melihat cahaya tarekat ini pada dirinya, ia berkata, “Kau akan menjadi penerusku.”  Akhirnya ia meneruskan rahasia tarekat ini kepadanya, sebagaimana dua Awliya besar Daghestan lainnya, yaitu Syekh Muhammad Effendi al-Yaraghi dan Sayyid Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni.

Selama ia tinggal di kampung halamannya, Syekh Isma`il menyebarkan tarekat ke seluruh Daghestan dan mendorong warga untuk berjuang melawan Rusia yang menentang agama dan kehidupan spiritual.  Dalam waktu singkat pengikutnya muncul di mana-mana, dan banyak di antara mereka yang aktif dalam memerangi Rusia.  Mereka tak kenal lelah dalam menyebarkan Tarekat Naqsybandi ke seluruh Daghestan sampai semua kota dan rumah-rumah dikenal sebagai pengikut Naqsybandi.

Imam Syamil ad-Daghestani asy-Syasyani dan Mullah Fawzi Muhammad, pemimpin gerakan melawan Rusia termasuk pengikutnya.  Selama 36 tahun, di bawah kepemimpinannya dan kepemimpinan penerusnya, mereka mempertahankan negeri mereka dari agresi Rusia yang menindas mereka.  


Keramatnya

Dikatakan bahwa suatu hari Syekh Isma`il (q) sedang berada di sebuah masjid dan ia mengamati seorang miskin yang tidak makan, tidak minum dan tidak tidur.  Ia mendekati orang itu dan bertanya, “Apa keinginanmu?”  Ia berkata, “Aku menginginkan roti hangat dan beberapa makanan.”  Syekh Isma`il mengangkat tangannya dan berdoa, “Ya Allah, ini adalah hamba-Mu yang belum makan selama tiga hari.  Aku mohon berikanlah makanan baginya dengan apapun yang Kau inginkan.”  Belum lagi ia menyelesaikan doanya, tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke dalam masjid dan berkata, “Istriku sakit dan aku bersumpah bahwa aku akan memberi makan fakir miskin agar istriku mendapat berkahnya.  Ini aku bawakan beberapa roti hangat dan makanan untuk diberikan kepada orang yang kelaparan.”

Salah satu muridnya di Daghestan menceritakan, “Suatu hari Syekh Isma`il berkata kepada dirinya, ‘Wahai egoku, aku marah denganmu.  Aku akan melemparmu ke dalam kesulitan.’  Ia lalu pergi ke pegunungan di Daghestan dan berbaring di mulut sebuah gua di mana ada dua ekor singa di sana.  Singa-singa itu tidak bergerak, sementara kami--yang mengikutinya menjadi sangat terkejut.  Kemudian singa jantan mendekatinya dengan sepotong daging di mulutnya, kemudian duduk, jauh darinya, tidak mendekatinya tetapi hanya memperhatikannya.  Kemudian singa betina mendekati dengan daging di mulutnya.  Ia mulai menangis dan mengaum.  Singa jantan mendekati singa betina dan membuatnya berhenti menangis.  Mereka duduk sebentar sambil memperhatikan Syekh.  Kemudian singa jantan mengambil kedua anaknya dan menyerahkan kepada ibunya, setelah itu ia mendekati Syekh Isma'il.  Ia duduk di sebelahnya, tinggal di sana sampai Syekh pergi.”

Suatu hari Syekh Isma`il melewati sebuah desa.  Ketika beberapa penduduk desa melihat dan mengenalinya, semua orang berdatangan untuk bertemu dengannya.  Syekh di desa itu datang dan berkata, “Wahai Syekh Isma`il, selamat datang dan ajarilah kami.”  Ia berkata, “Wahai Abu Said, Allah mempunyai dua cara pengajaran: jalan yang umum dan jalan yang khusus.  Jalan yang umum adalah jalan di mana engkau dan sahabat-sahabatmu berada.  Sedangkan untuk jalan khusus, ikutlah denganku dan akan kutunjukkan padamu.”  Mereka mengikutinya sampai ia tiba di tepi sungai.  Ia berkata, “Ini adalah Jalan Allah,” kemudian ia menyeberangi sungai itu dengan berjalan kaki ke seberangnya lalu menghilang.

Syekh `Abdur Rahman ad-Daghestani meriwayatkan,

“Suatu hari aku duduk di antara banyak orang.  Kami melihat Syekh Isma`il mendekat  dengan mengenakan jubah wol dan ia memakai sepatu baru.  Aku berkata pada diriku sendiri, ‘Syekh Isma`il itu seorang Syekh Sufi sejati.  Aku akan datang padanya dan menyakan hal-hal yang sulit, dan kita lihat apakah beliau bisa menjawabnya atau tidak.’  Aku mendekatinya dan beliau melihatku.  Ketika aku semakin dekat, beliau berkata, ‘Wahai Abdur Rahman, Allah berfirman di dalam kitab suci al-Qur’an untuk menghindari prasangka.  Jangan coba-coba untuk bertanya padaku.  Itu bukan adab yang baik.’  Aku berkata dalam hatiku, ‘Sungguh suatu keajaiban!  Itu adalah keajaiban yang besar!  Bagaimana beliau mengetahui pertanyaanku dan bagaimana beliau tahu namaku?  Aku harus mengikutinya dan bertanya lebih jauh lagi.’  Aku berlari mengejarnya, tetapi aku tidak dapat menemukannya.

“Suatu hari aku melihatnya di sebuah desa.  Beliau sedang berdiri dan salat dan matanya penuh dengan air mata.  Ketika beliau sudah selesai, aku berlari padanya dan terlitas di dalam hatiku untuk meminta maaf terhadap apa yang telah kulakukan sebelumnya.  Beliau memandangku dan berkata, ‘Bacakan aku ayat Quran, wa innii la-Ghaffarun liman taaba wa amana wa `amila shalihan tsumma-htada [20:82] (‘Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.’)  Kemudian beliau pergi.  Aku berpikir pada diriku sendiri, ‘Sesungguhnya beliau adalah seorang abdal (“Wali Pengganti”); untuk kedua kalinya beliau membicarakan apa yang terlintas di dalam hatiku.’

“Kemudian pada hari yang sama, dalam perjalananku pulang, aku melewati desa itu lagi dan aku melihatnya berdiri di samping sumur dengan sebuah cangkir di tangannya.  Beliau ingin minum dari sumur itu.  Ketika aku melihatnya, cangkir itu jatuh ke dalam sumur.  Kemudian aku melihat beliau mengangkat tangannya dan berdoa, ‘Ya Allah, aku haus dan air adalah makananku satu-satunya.  Ya Allah, Kau tahu mengenai isi hatiku dan Kau tahu bahwa aku haus.’  Demi Allah, dalam sekejap air di dalam sumur itu naik ke permukaan bahkan sampai luber ke luar sumur, termasuk cangkirnya.  Beliau lalu mengambil cangkir itu dan minum, kemudian beliau berwudu dan salat empat rakaat.  Kemudian beliau memasukkan pasir ke dalam cangkir itu, lalu menambahkan sedikit air dan mengaduknya dengan jarinya.  Beliau kemudian duduk dan makan dari campuran itu.  Aku lalu mendatanginya dan berkata, ‘Wahai Syekh Isma`il, izinkanlah aku makan bersamamu.  Apakah yang kau makan?  Tanah?’  Beliau berkata, ‘Wahai Abdur Rahman, berbaiksangkalah kepada Allah.’  Beliau lalu memberiku cangkir itu, aku angkat ke mulutku dan ternyata itu adalah air dan madu.  Aku bersumpah demi Allah bahwa selama hidupku, belum pernah aku minum seenak itu.  Setelah peristiwa itu, hari-hari berlalu tanpa pergi bagiku untuk makan atau minum, aku merasakan kepuasan dari manis yang kudapatkan dari cangkir itu.”

Syekh Muhammad ad-Daghestani berkata, “Suatu ketika aku pergi untuk menemui Syekh Isma`il asy-Syirwani (q).  Aku mencium tangannya dan aku meminta izin untuk menemaninya dalam perjalanannya.  Aku pergi bersamanya selama dua hari.  Selama itu aku tidak pernah melihatnya makan atau minum.  Aku menjadi sangat lapar dan haus dan aku menjadi sangat lemah untuk melanjutkan perjalanan tanpa makanan atau minuman.  Aku berkata, ‘Wahai Syekhku, aku sangat lemah.’  Beliau berkata, ‘Apakah engkau lapar atau haus?’  Aku berkata, ‘Ya, dua-duanya.’  Beliau berkata, ‘Jadi kau belum siap untuk menemaniku.  Tutuplah matamu.’  Aku menutup mataku dan ketika aku membukanya aku mendapati diriku berada di rumahku.”

Ia wafat pada hari Rabu, tanggal 10 Dzul-Hijjah 1255 H. /1839 M.  Ia dimakamkan di Amasya.

Ia mewariskan rahasianya kepada tiga khalifahnya yang semuanya merupakan murid-muridnya.  Suksesi multipel ini serupa dengan yang terjadi semasa Sayyidina Syah Naqsyband (q), ketika beliau meneruskan rahasia tarekat ini kepada banyak khalifah; yang membedakan adalah bahwa pada saat itu Syah Naqsyband meneruskan rahasia utamanya kepada seorang penerus, yaitu Sayyidina `Ala'uddin al-Aththar, sedangkan Syekh Isma`il meneruskannya kepada tiga orang, yaitu Syekh Khas Muhammad asy-Syirwani, Syekh Muhammad Effendi al-Yaraghi al-Kurali, dan Sayyid Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni.

Sayyidina Isma`il Syirwani (q) memberi informasi kepada ketiga khalifahnya mengenai prediksi masa depan mereka, “Aku mewarisi rahasia tarekat kepada kalian bertiga sekaligus atas perintah Nabi (s), dan perintah Sayyidina `Abdul Khaliq al-Ghujdawani (q), dan Imam Tarekat, Syah Naqsyband, dan Syekhku, Khalid al-Baghdadi (q), dan melalui hadirat spiritual Sayyidina Uwais al-Qarani (r).  Masing-masing dari kalian akan mengemban rahasia dari Silsilah Keemasan ini dengan kekuatan yang sama, tetapi kenaikan kalian menuju Singgasana al-Irsyad akan berurutan, dan masing-masing dari kalian akan menjaga hubungan dengan satu sama lain sebagaimana yang aku katakan sekarang: setelah diriku otoritas dari rahasia itu akan berada di tangan Syekh Khas Muhammad asy-Syirwani (q); selanjutnya di tangan Muhammad Effendi al-Yaragi al-Kurali (q); kemudian di tangan Sayyid Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni.”



http://naqsybandi.com/silsilah-emas/

https://docs.google.com/document/d/196WLRvfgvyC2iPqZWf4oWlbYbB2bUdUBcpeA3rP7qZ8/edit