Syekh Abu Ahmad as-Sughuri (q)

Semoga Allah Mensucikan Ruhnya


“Sang ‘Pedang Agama’ adalah ia yang memasuki pertempuran demi agama dan yang seluruh upayanya adalah untuk Allah.  Ia pisahkan yang benar dari yang tidak benar, dan kebenaran dari kebatilan.  Namun terlebih dahulu ia memerangi dirinya sendiri dan ia bersihkan akhlaknya sendiri.  Sebagaimana Nabi (s) bersabda, ‘Mulailah dari dirimu sendiri!’”

Rumi, Fihi ma fihi.


Ia adalah Pewaris Ilmu dari Nabi (s) di zamannya, seorang Imam para Kutub, dan seorang Penasihat dari Kesultanan al-Irsyad.  Ia memuaskan dahaga spiritualnya denga meminum dari sumber Ilmu Surgawi dan ia mencapai Maqamul Fana pada usia tiga puluh tahun.  Ia adalah puncak bagi para Awliya yang zuhud.  Kerajaan Langit menyebutnya sebagai Khalifahnya di bumi.  Di dalam dirinya berpadu kedua macam ilmu dan ia memperoleh dan menguasai semua manfaat dari Tarekat dan Hakikat.  Ia menjadi pusat dari semua Ilham Ilahiah.  Ia adalah Rahasia dan Rahasia Allah dan Keajaiban dari Keajaiban Allah.  Ia adalah Panji-Panji yang unik dari Ilmu Spiritualitas dan Ilmu Kalam.  Ia bagaikan Bintang Kutub yang memberi arah dan menerangi jalan bagi orang-orang di zamannya.  Ia membangkitkan kalbu-kalbu yang mati dan ia mengenakan jubah dari wali-wali besar.  Ia tidak meninggalkan satu atom pun di dunia ini tanpa mendapat dukungan dari kekuatan spiritualnya.

Ia dilahirkan di Sughur, sebuah desa di Daghestan pada hari Rabu, tanggal 3 Rajab 1207 H./1789 M.

Ia berdiri di singgasana Kutub selama empat puluh tahun.  Ketenarannya tersebar ke mana-mana.  Ia melatih murid-muridnya dan mengangkat mereka melalui kekuatan spiritualnya.  Jika seseorang muncul di dalam hadiratnya, bahkan selama satu jam, ia akan diangkat ke Maqam Pendengaran dan Maqam Penglihatan.  Ia berkata, “Aku tidak bergantung pada upaya murid, tetapi aku bergantung kepada cahaya yang Allah berikan kepadaku untuk murid itu.  Aku mengangkatnya melalui cahaya itu, karena aku tahu bahwa tidak mungkin bagi seseorang mencapai Maqam Tak Terhijab hanya dengan upayanya saja.  Itulah makna dari doa Nabi (s), ‘Ya Allah, janganlah Engkau tinggalkan aku pada egoku walau hanya sekejap mata.’”

Berikut ini adalah di antara perkataannya:
“Allah telah menyediakan rezeki bagi setiap hamba-Nya.  Barang siapa yang tidak mengetahui pengetahuan mengenai rezeki harian yang telah Allah berikan kepadanya, ia akan dianggap bodoh di dalam tarekat kita.”
 
“Orang-orang yang mencapai Hakikat dari tarekat ini sangat jarang.  Dengan kekuatan dari Hakikat itu, seseorang dapat menjangkau seluruh wali di dunia ini, dan dengan Kekuatan Ilahiah yang diberikan ketika kalian mencapai Hakikat dari tarekat ini, kalian dapat menjangkau seluruh malaikat, satu per satu.”

“Cahaya spiritual yang Allah berikan kepadamu dalam perjalananmu di Tarekat ini adalah Mercu Suar yang menerangi Jalan menuju Hadirat Ilahiah-Nya tanpa takut.”

“Di dalam tarekat ini, memuliakan selain Allah adalah suatu kekufuran.”

Abu Ahmad as-Sughuri (q) menghabiskan sepanjang hidupnya dalam keadaan khalwat.  Ia menyukai khalwat, ia senang mengasingkan diri dari orang-orang.  Oleh sebab itu ia lumayan senang ketika Rusia menjadikannya sebagai tahanan rumah selama beberapa kali.

“Suatu hari ketika aku sedang berkhalwat dan ruangan itu dipenuhi dengan wangi semerbak.  Aku tidak mengangkat pandanganku, tetapi tetap bertafakur dalam khalwatku.  Lalu sebuah pedang spiritual yang bersinar dengan cahaya yang lebih terang daripada matahari turun ke arah kepalaku.  Aku bertanya-tanya apakah yang kurasakan turun melalui kepalaku.  Suatu penglihatan muncul di hadapanku, di mana Nabi (s) membungkusku dengan ruhnya, dan aku masuk ke dalam dirinya dan aku melihat diriku di dalamnya.”  

“Suatu ketika aku memasuki hadirat Syekhkhu, Sayyidina Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni (q).  Ia berkata, ‘Wahai anakku, kau telah mencapai maqam tertinggi dari Kesempurnaan Muhammad.’  Aku berkata, ‘Wahai Syekhku, aku ingin mencapai silsilah dari maqam engkau.’  Segera setelah aku mengatakannya, aku melihatnya menghilang dari tempatnya dan muncul di dalam diriku, dan aku melihat diriku lenyap dan mencul di tempatnya lengkap dengan wujudnya.”  


Dari Kekuatan Keramatnya
Ia dikaruniai keramat yang belum pernah diberikan kepada Awliya lainnya, berupa tersingkapnya hal-hal yang gaib di alam semesta ini, dan Ilmu Laduni mengenai keadaan-keadaan orang setelah mereka meninggal dunia, begitu luasnya hingga tidak ada buku yang dapat mencakup seluruh gambarannya.

Dikatakan bahwa ketika ia masih muda, ia biasa melihat Asma Allah tertulis dalam cahaya antara langit dan bumi.  Hal itu membuatnya menjadi orang yang sederhana dan tawaduk.  Tidak ada yang mampu mengambil fotonya.  Ketika ada orang yang mencobanya, kameranya akan menjadi rusak.  Setiap kali ada orang yang mencoba menggambarkannya pada sehelai kertas, penanya tidak mau menulis, atau keesokan harinya gambarnya akan hilang.  Ia berkata, “Aku tidak ingin dikenal di dunia ini sepeninggalku karena aku tidak menginginkan suatu eksistensi apapun untuk diriku.”  

Ia sering melakukan Salat Fajar dengan wudu yang sama dengan Salat Isya, menandakan bahwa ia tidak tidur.  

Suatu hari ketika ia sedang bepergian bersama keluarganya, orang-orang mendapati mereka dalam keadaan tidak mempunyai air di gurun dalam perjalanan ke Hijaz.  Keluarganya sangat kehausan.  Ia berkata kepada pelayannya, “Pergilah, carikan air.”  Ia berkata, “Wahai Syekhku, bagaimana aku akan menemukan air di gurun seperti ini?” Ia bertanya kepada orang-orang dalam kafilah mereka apakah ada di antara mereka yang mempunyai air.  Tetapi tidak ada yang mempunyai air dan semua kantong air pun sudah kering.  Syekh lalu mengambil sebuah kantong air yang kosong dan pergi ke gurun selama sepuluh menit.  Ketika ia kembali kantong itu sudah penuh dan dengan air itu ia membuat keluarganya dan juga orang-orang dalam kafilahnya menjadi terpuaskan dahaganya.  Ia lalu memenuhi kantong-kantong air yang kosong dengan air dari satu kantong yang dibawanya itu, dan kemudian kembali kepada keluarganya dengan kantong air yang masih penuh, seolah-olah tidak pernah digunakan.


Dari Kata-Katanya
Ia mengatakan,
“Aku mencapai tiga level kewalian: Fana’, Baqa’, dan Makrifat.  Aku menerimanya dari hadirat Cahaya Nabi, Sayyidina Muhammad (s), dan aku menerima Tiga Maqamul Ihsan dan Tujuh Hakikat dari guruku, Sayyidina Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni (q).

“Kebanggaan tidak akan masuk ke dalam diri seseorang melainkan akalnya akan turun hingga ke derajat di mana kebanggaan itu meningkat di dalam kalbu.”  

“Kesulitan boleh jadi menyentuh seorang Mukmin, tetapi kesulitan tidak akan mempengaruhi orang yang melakukan zikir.”


Jihadnya
Ia adalah orang yang menghidupkan Syariah dan Tarekat di zamannya dan ia menarik ribuan orang kembali kepada Islam dan Tarekat Naqsybandi.

Di Daghestan ia dianggap sebagai seorang Syekh spiritual yang membawa ajaran Tarekat Naqsybandi, dan sekaligus juga sebagai seorang kesatria, seperti Imam Syamil, lantaran ia berperang melawan Rusia.  Ia adalah mufti utama setelah wafatnya Sayyid Jamaluddin (q).  Tentara Rusia seringkali menahannya.  Suatu saat ketika mereka menahannya, mereka ingin membawanya dengan sebuah kereta kuda.  Semua orang di desanya datang untuk menyampaikan salam perpisahan.  Mereka menangis seolah-olah mereka kehilangan jantung mereka.  Ia duduk di dalam kereta kuda dengan tenang dan mencari seseorang di antara keramaian itu.  Kusir kereta memecut kuda-kudanya agar mereka berjalan, tetapi mereka tidak mau bergerak.  Sayyidina Abu Ahmad as-Sughuri (q) berkata, “Mengapa engkau memecut kuda-kuda itu?”  Ia berkata, “Aku melakukannya agar kuda-kuda itu mau bergerak.”  Syekh berkata, “Mereka tidak akan bergerak sampai aku memerintahkan mereka untuk bergerak.  Mereka berada di bawah perintahku.  Dan aku sedang menunggu seseorang.”

Mereka duduk seperti itu selama beberapa jam, sampai akhirnya ada seseorang yang datang dengan berlari di antara kerumunan orang.  Ia adalah seorang tentara Rusia. Sayyidina Abu Ahmad (q) bertanya kepadanya, “Bukankah engkau putra temanku Ahmad?  Mengapa kau bergabung dengan tentara Rusia?  Kau adalah seorang Daghestani.  Kau tidak boleh bergabung bersama tentara sementara mereka membunuh orang-orang Muslim.”  Lalu ia berkata kepadanya, “Kau harus meninggalkan mereka dan mendengarkan kami.”  Orang itu berkata, “Ya, wahai Syekhku, aku akan mendengarmu.”  Syekh berkata, “Tentu saja kau akan mendengarkan kami, karena bahkan binatang-binatang liar di hutan pun mendengarkan kami ketika kami pergi ke sana untuk berzikir.  Bahkan kuda-kuda ini mendengarkan kami dan mereka tidak akan bergerak kecuali atas perintah kami.  Ayahmu adalah seorang Syekh besar dan aku katakan bahwa engkau harus meninggalkan mereka.  Kau akan menjadi seorang wali.  Wahai anakku, jangan tinggalkan orang-orang dengan ilmu eksoterik dan jangan tinggalkan orang-orang dengan ilmu esoterik/tersembunyi.  Lihatlah makam itu, dan jangan lupa bahwa pada suatu hari kau dan aku akan dimakamkan di sana.”  Dengan segera pemuda itu melepaskan seragamnya dan mengambil bay’at dari Syekh.  Tentara Rusia juga menjadikannya tawanan.  Kemudian Sayyidina Abu Ahmad as-Sughuri (q) berkata, “Sekarang kau mempunyai izin untuk berjalan,” dan kuda-kuda itu mulai berjalan.

Allah dan Nabi (s) mencintainya atas keikhlasan dan kesetiaannya.  Syekhnya rida dengannya, dan penduduk desa menghargainya.  Setiap kali ia dibebaskan dari penjara, rumahnya akan dipenuhi tamu-tamu dan berbagai sajian.

Mereka bertanya kepadanya, “Kau tidak bekerja, Rusia memerangimu dan kau berjuang melawannya, bagaimana rumahmu selalu penuh dengan berbagai rezeki?  Ia berkata, “Setiap orang yang berjuang di Jalan Allah, Allah akan memberi rezeki untuknya.  Dan itu adalah apa yang dikatakan oleh Allah di dalam Qur’an, “Setiap kali Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia mendapati makanan di sisinya.” [3:37].


Wafatnya
Sayyidina Abu Ahmad as-Sughuri (q) wafat di Sughur pada tanggal 17 Rabi'ul-Awwal tahun 1299 H./1882 M. dalam usia 93 tahun.

Bertahun-tahun setelah wafatnya, putrinya melihatnya di dalam mimpi.  Ia berkata, “Wahai putriku, batu di makamku telah jatuh menimpa dadaku.  Batu itu menekan dadaku dan membuatku sakit.”  Keesokan harinya putrinya pergi menemui para Syekh di kota itu dan menceritakan mimpinya.  Ia juga menceritakan mimpinya kepada setiap orang yang ditemuinya.  Orang-orang percaya bahwa mimpi itu benar dan mereka segera membuka makamnya.  Mereka mendapati bahwa batu yang menutupi jasadnya telah jatuh dan dinding makamnya telah runtuh di sekelilingnya.  Mereka juga mendapati jasadnya masih utuh, bersih dan tidak berubah.  Kain kafannya masih putih seolah-olah ia baru dimakamkan pada hari itu.

Mereka memindahkan jasadnya, menggali ulang makamnya dan kemudian menempatkan jasadnya kembali.  Setiap orang terheran-heran bagaimana ia muncul dalam mimpi putrinya dan mengatakan tentang situasi di makamnya.  Yang lebih mengejutkan adalah kondisi jasadnya yang masih sempurna.  Setelah melihat hal ini, mereka semua mengambil bay’at melalui penerusnya, Sayyidina Abu Muhammad al-Madani (q).

Sayyidina Abu Ahmad as-Sughuri (q) mempunyai dua orang khalifah, yaitu: Abu Muhammad al-Madani (q) dan Syekh Syarafuddin ad-Daghestani (q).  Rahasia dari Silisah Emas Tarekat Naqsybandi diteruskan kepada khalifah pertamanya dan kemudian kepada khalifah keduanya.

http://www.naqshbandi.org/golden-chain/the-chain/abu-ahmad-as-sughuri-qaddasa-l-lahu-sirrah/
http://naqsybandi.com/silsilah-emas/
https://docs.google.com/document/d/1D7SN1QVtvT5koV4kYe9uGNoeMgegwAV7dl_jqh11rA8/edit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar